SINABUNG – Sosoknya sederhana, namun sangat ramah. Itulah kesan pertama ketika bertemu dengan salah satu relawan Dompet Dhuafa di Sinabung. Sosok ini tidak lain dan tidak bukan adalah Herman Nasution.
Herman Nasution, bukanlah pribumi asli tanah karo namun sejak kecil telah tinggal di kawasan Gunung Sinabung, tepatnya di Desa Gung Pinto, Kab. Karo yang saat ini menjadi terkenal karena bencana erupsi gunung sinabung. Bapaknya merupakan asli mandailing natal, dan sejak herman masih kecil bapaknya telah pergi merantau di tanah karo untuk bekerja dan berdakwah. Maka bagi Herman Nasution tanah karo sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Tahun 2010 saat Gunung Sinabung meletus, Herman Nasution mulai mengenal Dompet Dhuafa. Perkenalannya saat Dompet Dhuafa membuka posko penanganan bencana erupsi Sinabung dan dia menjadi salah satu relawannya. Pun demikian, saat Sinabung kembali meletus awal tahun 2014 Herman Nasution kembali menjadi salah satu relawan Dompet Dhuafa.
Perjalanan hidupnya yang cukup pahit telah menumbuhkan jiwa kerelawanannya. Saat dulu lulus SMEA dan diterima di USU Medan, karena keterbatasan ekonomi orang tuanya akhirnya dia tidak bisa mengenyam pendidikan hingga ke jenjang kuliah, herman pun lebih memilih menikah di usia muda.
Dengan semangat kerja kerasnya, herman muda saat itu membuka ladang di pinggir hutan untuk ditanam berbagai jenis sayuran. Dan buah manis pertamanya sebagai petani mampu membuat rumah sederhana untuk tempat tinggal bersama istrinya karena pada saat itu cabe yang ditanam cukup bagus dan harganya sedang mahal.
Kini, lelaki dengan enam anak ini tetap konsisten untuk berkebun sayuran. Disela kegiatan bertaninya, pilihan dakwah untuk menebar kebajikan telah menjadi agenda rutin. Memakmurkan masjid, dan sesekali keluar bersama saudara-saudara seperjuangaannya ke beberapa daerah bahkan ke luar negeri seperti india, bangladesh dan yang lainnya telah dijalankan.
Herman tenang saat dia berdakwah ke luar daerah bahkan ke luar negeri, karena dia yakin bahwa rizki yang Allah berikan melalui usahataninya akan mampu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. Pengalaman nyata terjadi saat dia pergi dakwah ke India. Saat itu cabe yang ditanam dan diurus keluarganya mampu mendatangkan hasil 45 juta.
Maka menurut herman, menjadi petani bukan hanya asyik saat panen tiba apalagi hasilnya sedang bagus dengan harga yang tinggi. Lebih dari itu bertani telah mendatangkan keberkahan tersendirin termasuk berkah dakwah di tengah-tengah komunitas yang berstatus minoritas. Subhanallah, Pilihan tepat bang herman benar-benar mendatangkan keberkahan! (dim).