Pertanian Sehat Indonesia

Teknologi

Kemangi Tanaman Pengusir Organisme
Teknologi

TPO vs OPT

BOGOR – Tanaman pengusir hama dan penyakit adalah segala jenis tanaman dan bagian tubuh tanaman yang mampu memberikan efek repelan, antifedan, antraktan pada semua organisme pengganggu tanaman (OPT). Setiap hama atau penyakit memilki alergi yang berbeda-beda terhadap kandungan atau bau yang dikeluarkan oleh tanaman pengusir organisme (TPO). Beberapa jenis tanaman hanya memiliki spesifik fungsi untuk OPT tertentu, namun terdapat juga tanaman pengusir OPT yang memiliki efek ganda atau memilki spektrum serangan yang luas. Tanaman-tanaman pengusir OPT yang memilki spektrum serangan yang cukup luas diantaranya adalah bawang putih, biji mimba, serei, dan daun kemangi. Biasanya tanaman-tanaman tersebut digunakan untuk hama secara umum. Sedangkan tanaman yang spesifik serangan dintaranya adalah  kunyit dan lengkuas untuk cendawan, kecubung untuk trips, daun mindi untuk belalang, dan lain-lain. Tanaman pengusir OPT dapat digunakan dengan berbagai cara. Cara pertama dengan menggunakan seluruh atau sebagian tubuh tanaman dengan cara diekstrak atau dibubukkan. Bagian tanaman yang biasanya digunakan diantaranya adalah daun, batang, buah, umbi, akar, biji, dan bunga. Beberapa tanaman yang sering diekstrak umumnya dari bahan daun-daunan dan bunga, sedangkan biji-bijian umumnya ditumbuk sampai halus hingga berbentuk serbuk. Cara kedua dengan menjadikan tanaman pengusir OPT sebagai tanaman sela. Biasanya tanaman-tanaman tersebut memiliki bau yang cukup kuat dan menyengat. Beberapa tanaman yang biasanya dipakai adalah berupa bawang-bawangan, kemangi, kacang babi, dan lain-lain. Umumnya tanaman tersebut sering dijadikan tanaman pelengkap dengan sistem tumpang sari, misalnya tanaman pokoknya caisim dan pakcoi, maka disela-sela atau pinggir bedengan ditanami bawang daun. Kedua cara tersebut bisa dilakukan secara sendiri-sendiri ataupun diaplikasikan secara bersamaan tergantung tingkat serangan dan efisiensi di lapang. [RIEF]

Teknologi

Rotasi Tanaman

BOGOR – Rotasi tanam atau gilir tanam adalah salah satu sistem budidaya tanaman dengan cara menggilir atau menanam lebih dari satu jenis tanaman yang berbeda dalam waktu yang tidak bersamaan. Rotasi tanam tersebut sudah lama dikenal di dunia pertanian, bahkan hingga sekarang pun sering dijadikan rekomendasi untuk beberapa jenis budidaya tanaman. Rotasi tanaman memiliki banyak keunggulan. Pada beberapa sistem budidaya tanaman organik, rotasi tanaman sangat direkomendasikan. Beberapa keunggulan rotasi tanaman adalah mampu mengurangi intensitas serangan hama atau penyakit, meningkatkan kesuburan tanah, serta mampu membentuk ekosistem mikro yang stabil. Selain itu, di dalam dunia agribisnis pada beberapa jenis komoditas terutama jenis sayuran mampu memenuhi permintaan pasar yang diinginkan. Fungsi pertama dari rotasi tanaman adalah mampu mengurangi intensitas serangan hama dan penyakit. Tentu saja, melalui metode ini beberapa jenis hama dan penyakit mampu ditangkal apabila melakukan rotasi tanaman dengan jenis ataupun famili yang berbeda. Setiap famili tanaman umumnya memiliki jenis hama dan penyakit yang hampir sama, misalkan tanaman tomat memiliki jenis hama dan penyakit yang hampir sama dengan cabe dan terung. Melalui rotasi tanaman dengan famili lain, maka siklus hama dan penyakit yang menyerang pada periode sebelumnya akan terputus, misalkan penyakit antraknosa pada cabe tidak akan menyerang tanaman jagung. Fungsi kedua adalah untuk meningkatkan kesuburan tanah. Beberapa tanaman ada yang memiliki sifat rakus hara dan beberapa tanaman justru mampu memberikan ketersediaan hara tanah. Salah satu jenis tanaman yang rakus hara adalah umbi-umbian, sedangkan jenis tanaman yang memberikan unsur hara adalah polong-polongan. Pada suatu kasus budidaya jenis tanaman sayur, hal ini sangat dianjurkan karena mampu memberikan kestabilan hara pada tanah. Salah satu contoh rotasi tanaman yang dilakukan pada kelompok tanaman sayuran adalah musim pertama dilakukan tanam umbi, kemudian tanaman polong-polongan, setelah itu menanam tanaman sayuran buah dan sayuran daun. Saat menaman umbi, maka kandungan hara pada tanah akan berkurang banyak, sehingga pada musim tanam selanjutnya harus menanam jenis sayuran polong-polongan untuk mampu meningkatkan kandungan hara terutama unsur N  pada tanah.  Setelah unsur hara terutama kandungan N di dalam tanah sudah terstabilkan oleh sayuran polong-polongan, maka dilakukan penanaman sayuran buah dan sayuran daun. Siklus serapan dan input hara tersebut mewakili juga fungsi ketiga rotasi tanaman yaitu sebagai penstabil ekosistem mikro. Kestabilan hara pada tanah melalui siklus rotasi tanaman tersebut terjadi secara alami. Fungsi keempat, sebagai pemenuh kebutuhan dan permintaan pasar. Sudah tentu, dengan rotasi tanaman kita dapat memproduksi berbagai varian komoditas dalam 1 petak kawasan tanam. Dalam teknisnya, kita hanya perlu mengetahui permintaan pasar dan menyesuaikannya dengan pola tanam di lahan serta kemudian menjualnya ke pasar secara kontinyu. [Rief]

Teknologi

Trik Karung Goni IPB Dongkrak Produksi Jamur Tiram

JAKARTA – Salah satu hal penting dalam budidaya jamur tiram adalah suhu dan kelembaban udara. Suhu dingin dapat meningkatkan produksi jamur tiram. Guna mendapatkan suhu yang tepat, petani jamur tiram biasanya menggunakan mesin pendingin. Namun, cara ini membutuhkan biaya dan energi yang besar. Berangkat dari masalah tersebut, tim peneliti dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (Fateta IPB) tergerak untuk membuat alternatif pengganti mesin pendingin pada budidaya jamur tiram. Adalah Manunggal Adjie Putranto dan Mad Yamin yang kemudian memperkenalkan trik karung goni basah untuk menggantikan fungsi mesin pendingin. “Karung goni sebagai media pendingin ruangan disimpan di lantai di sela-sela rak jamur tiram. Tujuannya adalah untuk menjaga suhu serta kelembaban yang ideal untuk pertumbuhan jamur tiram,” kata Manunggal, seperti dikutip dari laman resmi IPB, Jumat (6/2/2015). Karung goni tersebut nantinya dialiri air secara berkala melalui pipa-pipa yang sudah dibolongi dengan bantuan pengatur waktu dan pompa air. Manunggal mengklaim, inovasi yang telah dipublikasikan dalam Jurnal Keteknikan Pertanian ini, dapat meningkatkan produktivitas jamur tiram. “Penggunaan karung goni basah untuk menstabilkan suhu di dalam kumbung dapat meningkatkan produktivitas jamur tiram. Panen jamur tiram tanpa perlakuan sebanyak 75 baglog hanya mendapatkan 16,5 kilogram. Sedangkan pada jamur tiram yang mendapatkan perlakuan karung goni, hasil panennya sebesar 23,5 kilogram,” ujarnya. Menurut Manunggal, para petani jamur tiram yang hendak menggunakan metode karung goni harus menyesuaikan intensitas penyiraman dengan kondisi kumbung agar mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Selain itu, para petani juga perlu memperhatikan kondisi panas dan bahan penutup atap. “Penempatan karung goni di sela-sela rak dan pada konstruksi bangunan di tempat yang panas, sebaiknya tidak menggunakan atap asbes melainkan menggunakan atap genteng,” pungkasnya. (rfa) Sumber: OkeZone.com

Pertanian Sehat, Teknologi

Pemupukan Organik

BOGOR – Secara prinsip, pertanian organik harus mampu meniadakan segala bentuk input pertanian yang mengandung zat-zat kimia sintetik, baik itu pestisida, pupuk, herbisida, ataupun jenis intervensi lain yang bukan berbahan organik. Secara konsep, apabila pertanian yang sebelumnya adalah konvensional, maka dalam proses untuk mengkonversikan ke dalam pertanian organik memerlukan proses yang cukup lama. Umumnya produktivitas padi akan mengalami penurunan terlebih dahulu sebelum kondisi tanah menjadi stabil dan subur kembali. Proses penstabilan tersebut untuk setiap tanaman berbeda-beda. Untuk tanaman padi, produksi menurun dalam 3-4 kali musim tanam. Akan tetapi, idealnya masa recovery lahan tersebut bisa mencapai 2 tahun. Setelah mencapai titik kritis recovery lahan, produktivitas padi akan meningkat, dan bahkan bisa melampaui produktivitas ketika masih dilakukan secara konvensional. Pupuk berbahan organik menjadi satu-satunya input yang bisa diberikan ke dalam lahan sawah. Konsentrasi nutrisi hara pada pupuk organik lebih rendah dibandingkan pupuk kimia sintetik. Umumnya konsentrasi setiap unsur makro yang terdapat pada pupuk kandang atau kompos rata-rata sekitar 2-5 %. Jumlah tersebut jauh dibandingkan kandungan konsentrasi yang dimiliki oleh pupuk kimia sintetik, yaitu sekitar 30-50 %. Hal tersebut membuat kebutuhan pupuk organik jauh lebih banyak. Berdasarkan kebutuhan tersebut, diperlukan 2 teknis pemupukan yaitu pupuk yang diberikan ke dalam tanah dan pupuk yang disemprotkan ke daun. Pupuk yang diberikan atau dibenamkan ke lahan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos. Pembuatan pupuk kompos harus berasal dari limbah sampah lokal, sehingga mampu menekan biaya produksi. Biasanya bahan-bahan yang digunakan berasal dari sisa-sisa jerami yang difermentasikan atau dikomposkan dengan kotoran hewan. Jumlah pupuk kompos yang dibutuhkan oleh lahan sawah sekitar 5-10 ton/ Ha. Pupuk kompos hanya diberikan sebagai pupuk dasar, yaitu pada saat pengolahan lahan dan sebelum penanaman bibit di lahan. Pupuk dasar tersebut harus mengandung bahan-bahan yang mampu memberikan kesuburan pada tanah, memperbaiki aerasi tanah, dan mendukung kehidupan biota tanah. Teknis pemupukan yang kedua adalah pemupukan melalui daun. Pupuk daun adalah penentu asupan nutrisi yang sangat penting untuk pertanian organik. Tanpa pemupukan daun, maka pertanian organik sulit untuk dikembangkan secara optimal. Pupuk daun umumnya berupa cairan, sehingga lebih dikenal dengan sebutan pupuk organik cair (POC). Pemberian pupuk cair dilakukan 2 kali dalam 1 minggu dengan konsentrasi sekitar 1%-2% dari jumlah air yang digunakan. POC dengan kandungan unsur N lebih banyak diberikan pada fase vegetative tanaman, sedangkan POC yang memiliki kandungan K dan P diberikan setelah muncul malai. Apabila konsentrasi pupuk cair terlalu pekat maka akan terjadi plasmolysis (jaringan pecah) pada daun. Pemupukan melalui daun memiliki efektifitas tinggi, karena nutrisi pupuk langsung diserap oleh daun. Pupuk harus diberikan saat cuaca tidak hujan, karena akan mudah tererosi oleh air hujan. Selain itu, untuk menstabilkan pH tanah dan menyediakan unsur Mg dan Ca, maka lahan sawah diberikan kaptan atau dolomit dengan dosis 1-2 ton/ha. [rief]  

Teknologi

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

BOGOR – Organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah hewan atau tumbuhan baik berukuran mikro ataupun makro yang mengganggu, menghambat, bahkan mematikan tanaman yang dibudidayakan. Berdasarkan jenis seranganya OPT dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu hama, vektor penyakit, dan gulma. Hama adalah hewan yang merusak secara langsung pada tanaman. Hama terdapat beberapa jenis, diantaranya adalah insekta (serangga), moluska (bekicot, keong), rodenta (tikus), mamalia (babi), nematoda, dll. Serangan hama sangat terlihat dan dapat memberikan kerugian yang besar apabila terjadi secara massive. Namun serangan hama umumnya tidak memberikan efek menular, terkecuali apabila hama tersebut sebagai vektor suatu penyakit. Vektor penyakit atau biasa disebut sebagai faktor pembawa penyakit adalah organisme yang memberikan gejala sakit, menurunkan imunitas, atau mengganggu metabolisme tanaman sehingga terjadi gejala abnormal pada sistem metabolisme tanaman tersebut. Beberapa penyakit masih dapat ditanggulangi dan tidak memberikan efek serius apabila imunitas tanaman dapat ditingkatkan atau varietas tersebut toleran terhadap penyakit yang menyerangnya. Namun terdapat pula penyakit yang memberikan efek serius pada tanaman dan bahkan menyebabkan kematian. Beberapa vektor penyakit tanaman adalah virus, bakteri, dan cendawan. Umumnya gejala penyakit memiliki efek menular yang sangat cepat dan sulit dibendung. Gulma adalah tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuhnya dan bersifat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan. Gulma memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada pertumbuhan tanaman, meskipun biasanya tidak menimbulkan kematian. Gulma bisa disebut juga sebagai kompetitor penyerap nutrisi daerah perakaran tanaman. Apabila pertumbuhan gulma lebih cepat dibandingkan tanaman, maka sudah dapat dipastikan tanaman yang dibudidayakan akan mengalami pertumbuhan yang tidak optimal. Beberapa jenis gulma bahkan ada yang memberikan efek racun pada perakaran tanaman, seperti kandungan metabolit sekunder (cairan) pada akar alang-alang. Sehubungan dengan konsep pertanian organik, maka tata cara pencegahan ataupun penganggulangan OPT harus menggunakan bahan-bahan organik dan teknis yang ramah lingkungan. Zat-zat yang digunakan untuk mencegah dan menanggulangi OPT secara organik biasa disebut sebagai pestisida nabati (pesnab). Bahan-bahan pesnab sebenarnya banyak ditemukan dan dapat dengan mudah diperoleh di lingkungan sekitar. Berdasarkan kegunaannya, pesnab terbagi menjadi 3, yaitu pesnab yang bersifat repellant (penolak), antraktant (penarik/perangkap), dan antifeedant (mengurangi nafsu makan). Selain menggunakan pestisida nabati, pencegahan dan penanggulangan dapat melalui kultur teknis dan predator hama. Kultur teknis adalah suatu perlakuan pada teknis budidaya tanaman untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi dampak serangan hama atau penyakit. Kultur teknis mulai dilakukan semenjak fase pembibitan tanaman hingga pemanenan. Beberapa contoh kegiatan kultur teknis diantaranya adalah menggunakan jarak tanam yang lebar, melakukan bera untuk tanaman sejenis atau satu famili, gilir varietas, dll. Sedangkan predator hama digunakan sebagai musuh alami hama yang menyerang tanaman. Setiap hama memiliki musuh alami atau pemangsanya masing-masing. Oleh karena itu, musuh alami perlu pertahankan secara alami di lahan atau dengan sengaja melepas musuh alami yang sudah dikembangbiakkan secara khusus. [rief]

Teknologi

‘Analys’, Software Android BWD pada Padi

Bogor – Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tergabung dalam kelompok PKM-KC merancang sebuah software handphone berbasis android yang mampu mengidentifikasi kebutuhan pupuk nitrogen pada tanaman. Software yang dinamai ‘Analys’ ini memanfaatkan kamera HP untuk identifikasi kebutuhan nitrogen berdasarkan warna daun. Pemupukan nitrogen yang tidak tepat seringkali menjadi faktor berkurangnya produksi dan kurang efisiennya biaya pemupukan. Untuk mengetahui kebutuhan nitrogen yang tepat untuk padi, sebenarnya dapat diidentifikasi secara manual dengan alat yang dinamakan Bagan Warna Daun (BWD). BWD adalah alat berbentuk persegi empat yang berguna untuk mengetahui kadar hara N tanaman padi. Pada alat ini terdapat empat kotak skala warna, mulai dari hijau muda hingga hijau tua, yang menggambarkan tingkat kehijauan daun tanaman padi. Sebagai contoh, kalau daun tanaman berwarna hijau muda berarti tanaman kekurangan hara N sehingga perlu dipupuk. Sebaliknya, jika daun tanaman berwarna hijau tua atau tingkat kehijauan daun sama dengan warna di kotak skala 4 pada BWD berarti tanaman sudah memiliki hara N yang cukup sehingga tidak perlu lagi dipupuk. Hasil penelitian menunjukkan, pemakaian BWD dalam kegiatan pemupukan N dapat menghemat penggunaan pupuk urea sebanyak 15-20% dari takaran yang umum digunakan petani tanpa menurunkan hasil. Software Analys ini dapat diunduh secara gratis oleh petani, penyuluh, mahasiswa, peneliti, dan masyarakat umum sehingga dapat menjadi solusi dari teknologi BWD yang dirasa tidak praktis dan aksesnya yang susah. Untuk mengunduh dapat melalui tautan ini (Google Play). Perancangan software ini bermula dari kenyataan bahwa masih banyak petani yang tidak tepat dalam menghitung kebutuhan pupuk terutama pupuk nitrogen (urea). “Di daerah saya sendiri banyak sekali petani yang masih melakukan pemupukan urea secara tradisional, yaitu hanya berdasarkan informasi yang didapatkan secara turun temurun, dan berprinsip akan terus menambah jumlah pupuk selagi ada dana,” Ujar Baidowi, ketua tim dari PKMKC tersebut. “Program ini sebenarnya masih merupakan terobosan awal dari tim kami, ke depan kami masih perlu perbaikan yang terus menerus terutama peningkatan keakuratan dari software ini. Harapannya program ini adalah dapat membantu permasalahan budidaya padi di Indonesia yang masih bermasalah di kegiatan pemupukan yang dilakukan petani,” Ujar Hendrik, salah satu anggota dari tim PKM tersebut. Aplikasi yang mampu menentukan kebutuhan pupuk Nitrogen (Urea) pada tanaman padi menggunakan citra daun padi di sawah. Aplikasi ini digunakan untuk efisiensi pemupukan. Pengguna dapat langsung melihat kebutuhan pupuk sesuai target produksi dengan memfoto citra daun padi atau memilihnya dari galeri.  

Teknologi

Penanganan Penyakit Busuk Leher Malai Padi (Pyricularia grisea)

Serangan busuk leher malai atau blas leher (neck blast) disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea/Pyricularia oryzae. Penyebaran spora terjadi selain oleh angin juga oleh biji dan jerami. Cendawan Pyricularia sp mampu bertahan dalam sisa jerami sakit dan gabah sakit. Dalam keadaan kering dan suhu kamar, spora masih bertahan hidup sampai satu tahun, sedangkan miselia mampu bertahan sampai lebih dari 3 tahun (Santoso dan Nasution A, 2009) Pencegahan serangan busuk leher malai dengan menggunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah. Penggunaan pupuk N di atas dosis anjuran harus dihindarkan. Serta pola tanam padi dengan varietas yang berbeda (apabila memungkinkan). Sanitasi lingkungan harus intensif, karena inang alternatif patogen khususnya kelompok rerumputan sangat potensial sebagai inokulum awal. Usahakan tanam padi serentak dan hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung). Selain pemakaian jerami sebagai kompos. Untuk pengendalian dapat dilakukan pencabutan dan pembakaran untuk tanaman yang sudah terjangkit cukup parah dan sekiranya tidak dapat diselamatkan. Penyemprotan fungisida kimia dengan bahan aktif edifenphos, tetrachlorophthalide, kasugamycin, pyroquilon, benomyl, isoprotionale, dan thiophanate methyl. Aplikasi penyemprotan untuk menekan serangan penyakit blas leher adalah 2 kali, yaitu pada saat anakan maksimum dan awal berbunga (headling 5%). Penggunaan fungisida sesuai dengan dosis anjuran. Selain pencegahan dan pengendalian yang telah direkomendasikan. Petani juga perlu terus diedukasi dalam upaya pengendalaian hama dan penyakit yang ramah lingkungan. Maka perlu memberikan penyuluhan tentang pengendalian hama dan penyakit secara terpadu dan dilakukan secara kontinyu. Pelatihan dan praktek di lapang yang dipandu oleh orang-orang yang paham dan mengerti. Serta membentuk gugus tugas pengawas hama penyakit endemik. [ARIF]  

Jual Beras BerlianSAE - Beras pilihan sehat aman enak
Aktualita, Teknologi

Waspada Bahaya Beras Plastik

Belakangan ini masyarakat sedang diresahkan dengan beredarnya beras plastik. Temuan beras plastik sendiri  di laporkan pertama kali oleh seorang warga Bekasi  bernama Dewi Septiani sebagai penjual warung bubur dan nasi uduk tersebut merasaan kejanggalan ketika beras yang di masaknya tidak menjadi bubur padahal sudah di masak lebih dari 1,5 jam. Kejadian serupa ditemukan juga di Bogor, Desy (35 tahun) warga Kampung Jati, Desa Parung, kecamatan Parung Kabupaten Bogor, menemukan nasi yang sedang di santap anaknya terdapat beda serupa plastik yang bercampur dengan nasi. Pendapat dari beberapa orang dibidang polimer pada umumnya mempertanyakan keabsahan keberadaan beras plastik tersebut , karena harganya jauh lebih mahal dibandingkan beras asli.  Akan tetapi Harian Singapura, The Straits Times, menyebutkan bahwa peredaran beras plastik pernah terjadi  pada 2011 di Taiyuan, kota di Provinsi Shaanxi,China,  kedapatan memproduksi beras sintetis atau beras plastik secara massal. kelompok masyarakat miskin di Kamboja dan Vietnam lebih banyak membeli beras plastik. Hasil uji laboratorium menunjukkan beras tersebut mengandung bahan plastik. Sebagai konsumen kita harus mengetahui ciri beras plastik dan akibatnya bagi kesehatan jika di konsumsi. Ciri- ciri Beras Plastik  Secara sekilas, ada beberapa ciri fisik beras plastik yang membedakan dengan beras asli diantaranya adalah : Warna beras bening, ukuran hampir sama dan pecahan sedikit Tekstur lebih halus ( lembut dan licin) Bila di masak mengeluarkan air Rasanya tawar dan terasa getir di mulut Beraroma bahan kimia dan cenderung sangit Jika dibakar meleleh, dan ada abu Jika dimasak lengket Dampak mengkonsumsi beras plastik Menurut ahli gizi dr. Tri Ari Wibowo mengkonsumsi beras platik dapat menyebabkan kerusakan sejumlah organ tubuh, misalnya gangguan hati dan gagal ginjal. Selain itu karena  plastik mengandung zat dioksin yang memiliki sifat karsinogenik maka Efek jangka panjangnya menyebabkan kanker. Dijelaskan bahwa ada sejumlah gejala awal yang harus diwaspadai masyarakat mengkonsumsi plastik dapat menyebabkan anoreksia, atau kehilangan selera makan. Selain itu gejalanya adalah mual dan pusing. Jika terlalu sering dikonsumsi kandungan plastik pada beras dapat menempel pada lambung, gejala awalnya perut terasa sakit layaknya orang yang menderita maag.  Jika dibiarkan bisa bisa menyebabkan kanker kolon atau kanker lambung.  (Dari berbagai sumber)

Aktualita, Teknologi

Bahayanya jika Makan Nasi Beras Plastik

Ketua Tim Pangan dan Gizi Jatim Andriyanto mengatakan, plastik bukan merupakan bahan makanan. Sebab, masuknya senyawa plastik ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ. Misalnya, gangguan hati dan gagal ginjal, seperti dikutip dari jpnn.com Selain itu, mengonsumsi plastik juga dapat menyebabkan kanker. Sebab, plastik mengandung zat dioksin. Di mana, zat tersebut memiliki sifat karsinogenik. “Efek jangka panjangnya ya kanker,” katanya. Bahkan, dia menambahkan, mengonsumsi plastik juga dapat menyebabkan kematian. Dia mengatakan, ada sejumlah gejala awal yang harus diwaspadai masyarakat. Mengonsumsi plastik dapat menyebabkan anoreksia atau kehilangan selera makan. Selain itu, gejala lainnya adalah mual dan pusing. Jika terlalu sering dikonsumsi, kandungan plastik pada beras plastik juga dapat menempel pada lambung. Gejala awalnya perut merasa sakit layaknya orang yang menderita maag. “Tapi jika dibiarkan bisa menyebabkan kanker kolom atau kanker lambung,” jelasnya. Andriyanto menegaskan, plastik memang tidak layak dikonsumsi. Bahan sintetis hanya boleh digunakan sebagai pembungkus. Itu pun harus dalam pengawasan. “Ada standarnya juga. Tidak semua jenis plastik bisa untuk membungkus makanan,” ujar Andriyanto. Dengan banyaknya bahaya yang ditimbulkan, Andriyanto mengimbau masyarakat untuk berhati-hati saat membeli beras. Bahkan, pihaknya juga meminta masyarakat untuk melihat dengan jeli beras yang akan dikonsumsi. Andriyanto menjelaskan, ada tiga kandungan yang terdapat dalam beras. Yakni, karbohidrat, protein, dan vitamin B1. “Kandungan vitamin B itu yang membuat beras berwarna putih pudar,” katanya. Dia menambahkan, beras sehat dilihat dari warnanya yang tidak terlalu putih dan tidak bening. “Biasanya putih pudar, lalu ada bintik di tengah,” ucap Andriyanto. Andriyanto berharap pemerintah bisa sigap dengan maraknya peredaran beras plastik. Selain membahayakan kesehatan, mencampur beras plastik ke dalam beras asli sudah masuk ke ranah kriminal. Sebab, mengoplos beras sangat merugikan konsumen. “Mudah-mudahan pelaku bisa segera ditangkap dan peredarannya bisa dihentikan,” tandas Andriyanto. Mulai saat ini, cermatlah memilih beras. Jangan sampai perut kita dipaksa mengonsumsi nasi dari beras plastik. Sebab, beras yang mengandung bahan sintetis sangat membahayakan kesehatan.

Teknologi

Penyakit Blas Dapat Turunkan Panen Padi sampai 70%

Penyakit potong leher atau blas (Pyricularia grisea), semula hanya menjadi masalah pada tanaman padi gogo, tetapi saat ini juga menjadi masalah pada padi sawah. Sudah diketahui pula varietas-varietas unggul baru (VUB) pun ternyata tidak luput dari serangannya. Jika penyakit blas menyerang menjelang panen, dapat menurunkan hasil sampai 70%. Penyakit blas menginfeksi tanaman padi pada fase vegetatif dan generatif. Pada fase vegetatif, P. grisea  menginfeksi daun disebut blas daun (“leaf blast”). Gejalanya, berupa bercak-bercak berbentuk seperti belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya mempunyai tepi coklat atau coklat kemerahan. Serangan pada fase generatif, P. grisea  menginfeksi leher malai yang disebut blas leher (“neck blast”). Akibatnya, ujung tangkai malai menjadi busuk, mudah patah dan gabah hampa. Berdasarkan gejala ini, penyakit blas pada fase generatif lebih dikenal dengan nama potong leher atau busuk leher (“neck rot”) atau penyakit busuk pangkal malai. Penyakit blas pada fase generatif (potong leher) lebih merugikan daripada blas daun (fase vegetatif). Perkembangan penyakit blas dipicu oleh penanaman varietas padi yang peka, jarak tanam rapat dan pemupukan N tinggi tanpa diimbangi dengan P dan K. Selain itu, penyakit blas tergolong seed born disease (penyakit terbawa biji/benih). Artinya, bila benih dari tanaman terserang patogen blas ditanam, maka tanaman padi yang tumbuh dari benih tersebut sudah membawa patogen blas. Memperhatikan fakta ini, direkomendasikan pengendalian penyakit blas sebagai berikut: Tanam benih sehat. Benih sehat adalah benih yang tidak membawa patogen blas. Benih ini berasal dari tanaman yang tidak terserang patogen blas (tidak bergejala blas, baik daun maupun pangkal malai). Benih sehat juga dapat diperoleh dengan perlakuan benih menggunakan fungisida sistemik seperti Pyroquilon dengan takaran 8 g/kg benih.  Fungisida lain  untuk perlakuan benih adalah Tricyclazole dan Benomyl-T Tanam varietas tahan. Inpari 4, 11, 14 dan Inpari Sidenuk tahan/toleran terhadap penyakit potong leher. Penggunaan VUB ini menurunkan infeksi penyakit potong leher 46-94%, tergantung VUB yang digunakan. Tanam cara jajar legowo. Dengan tanam jajar legowo, kelembaban di pertanaman padi tidak tinggi, dapat menghambat perkembangan penyakit blas. Pemupukan NPK sesuai kandungan hara tanah. Dengan pemupukan NPK sesuai kandungan hara tanah, kebutuhan unsur hara tanaman padi dapat dipenuhi sehingga tanaman padi tumbuh optimal dan dapat mempertahankan diri dari gangguan penyakit blas. Menyemprot tanaman padi dengan fungisida. Fungisida Tricyclazole efektif mengendalikan penyakit blas leher bila disemprotkan pada saat bunting dan berbunga. Fungisida-fungisida lain yang juga efektif adalah Edifenphos, Tetrachlorophthalide, Kasugamycyn, IBP, Isoprotionalane, Thiophanate methyl dan Benomyl + mancozeb. Para petani padi perlu mewaspadai terutama dua hal. Pertama, masih tingginya curah hujan di musim kemarau tahun ini yang dapat memicu perkembangan penyakit blas. Kedua, ditengara berpindahnya serangan blas dari lahan padi gogo ke padi sawah karena 40% petani masih menggunakan benih hasil panen yang lalu, termasuk dari padi gogonya. (MCM) Sumber: Litbang Deptan Jatim

Scroll to Top