Pertanian Sehat Indonesia

Pertanian Sehat

Kumpulan artikel pertanian sehat

Pertanian Sehat, Teknologi

Pemupukan Organik

BOGOR – Secara prinsip, pertanian organik harus mampu meniadakan segala bentuk input pertanian yang mengandung zat-zat kimia sintetik, baik itu pestisida, pupuk, herbisida, ataupun jenis intervensi lain yang bukan berbahan organik. Secara konsep, apabila pertanian yang sebelumnya adalah konvensional, maka dalam proses untuk mengkonversikan ke dalam pertanian organik memerlukan proses yang cukup lama. Umumnya produktivitas padi akan mengalami penurunan terlebih dahulu sebelum kondisi tanah menjadi stabil dan subur kembali. Proses penstabilan tersebut untuk setiap tanaman berbeda-beda. Untuk tanaman padi, produksi menurun dalam 3-4 kali musim tanam. Akan tetapi, idealnya masa recovery lahan tersebut bisa mencapai 2 tahun. Setelah mencapai titik kritis recovery lahan, produktivitas padi akan meningkat, dan bahkan bisa melampaui produktivitas ketika masih dilakukan secara konvensional. Pupuk berbahan organik menjadi satu-satunya input yang bisa diberikan ke dalam lahan sawah. Konsentrasi nutrisi hara pada pupuk organik lebih rendah dibandingkan pupuk kimia sintetik. Umumnya konsentrasi setiap unsur makro yang terdapat pada pupuk kandang atau kompos rata-rata sekitar 2-5 %. Jumlah tersebut jauh dibandingkan kandungan konsentrasi yang dimiliki oleh pupuk kimia sintetik, yaitu sekitar 30-50 %. Hal tersebut membuat kebutuhan pupuk organik jauh lebih banyak. Berdasarkan kebutuhan tersebut, diperlukan 2 teknis pemupukan yaitu pupuk yang diberikan ke dalam tanah dan pupuk yang disemprotkan ke daun. Pupuk yang diberikan atau dibenamkan ke lahan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos. Pembuatan pupuk kompos harus berasal dari limbah sampah lokal, sehingga mampu menekan biaya produksi. Biasanya bahan-bahan yang digunakan berasal dari sisa-sisa jerami yang difermentasikan atau dikomposkan dengan kotoran hewan. Jumlah pupuk kompos yang dibutuhkan oleh lahan sawah sekitar 5-10 ton/ Ha. Pupuk kompos hanya diberikan sebagai pupuk dasar, yaitu pada saat pengolahan lahan dan sebelum penanaman bibit di lahan. Pupuk dasar tersebut harus mengandung bahan-bahan yang mampu memberikan kesuburan pada tanah, memperbaiki aerasi tanah, dan mendukung kehidupan biota tanah. Teknis pemupukan yang kedua adalah pemupukan melalui daun. Pupuk daun adalah penentu asupan nutrisi yang sangat penting untuk pertanian organik. Tanpa pemupukan daun, maka pertanian organik sulit untuk dikembangkan secara optimal. Pupuk daun umumnya berupa cairan, sehingga lebih dikenal dengan sebutan pupuk organik cair (POC). Pemberian pupuk cair dilakukan 2 kali dalam 1 minggu dengan konsentrasi sekitar 1%-2% dari jumlah air yang digunakan. POC dengan kandungan unsur N lebih banyak diberikan pada fase vegetative tanaman, sedangkan POC yang memiliki kandungan K dan P diberikan setelah muncul malai. Apabila konsentrasi pupuk cair terlalu pekat maka akan terjadi plasmolysis (jaringan pecah) pada daun. Pemupukan melalui daun memiliki efektifitas tinggi, karena nutrisi pupuk langsung diserap oleh daun. Pupuk harus diberikan saat cuaca tidak hujan, karena akan mudah tererosi oleh air hujan. Selain itu, untuk menstabilkan pH tanah dan menyediakan unsur Mg dan Ca, maka lahan sawah diberikan kaptan atau dolomit dengan dosis 1-2 ton/ha. [rief]  

Aktualita, Budidaya Pepaya, Pertanian Sehat, Teknologi

Potensi Buah Pepaya di Pekarangan Bagi Pencapaian Pola Pangan Harapan

Oleh Prof. Hadi Susilo Arifin, MSc., PhD Bagian Manajemen Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, FAPERTA IPB Pekarangan adalah lahan yang ada di sekitar rumah. Ia digunakan sebagai tempat budidaya tanaman, hewan dan ikan dengan input yang rendah dan dipraktekkan secara berkelanjutan. POTENSI BUAH PEPAYA DI PEKARANGAN BAGI PENCAPAIAN POLA PANGAN HARAPAN. Oleh Prof. Hadi Susilo Arifin, MSc., PhD BAGIAN MANAJEMEN LANSKAP, DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP, FAPERTA IPB Pekarangan adalah lahan yang ada di sekitar rumah. Ia digunakan sebagai tempat budidaya tanaman, hewan dan ikan dengan input yang rendah dan dipraktekkan secara berkelanjutan. Di antara fungsi tanaman dalam pekarangan, maka tanaman buah merupakan jenis yang sangat umum dijumpai selain tanaman hias, sayuran, penghasil pati, bumbu, obat, bahan baku industri dan tanaman lainnya, seprti untuk kayu bakar dan bahan kerajinan tangan. Berdasarkan Susenas tahun 2011, konsumsi buah dan sayur dalam Pola Pangan Harapan (PPH) masih di bawah target pemenuhan 30%. Pencapaian pada tahun 2010, 2011, dan 2012 masing-masing adalah 21.5%, 20.8 %, dan 25.7%. Untuk 2013 dan 2014 ditargetkan bisa mencapai 26.3 % dan 26.8%. Artinya kita masih harus kerja keras meningkatkan konsumsi buah bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Selain pisang, pepaya termasuk jenis yang yang banyak ditanam di pekarangan. Rentang zona agroklimatnya cukup lebar. Sesuai dengan keragaman jenis pepaya yang ada, ia dapat tumbuh di pekarangan kawasan pantai, dataran rendah, perbukitan hingga pegunungan. Tidak memerlukan ruang tumbuh yang ekstensif, sehingga ia dapat dibudidayakan pada pekarangan sempit sekali pun. Pemeliharaannya mudah serta dapat dipanen tanpa mengenal musim dengan periode hidup relatif panjang. Dengan kandungan gizi yang kaya akan vitamin C, vitamin E dan beta-karoten maka pepaya sangat perlu dikampanyekan untuk ditanam di pekarangan oleh setiap rumah tangga. Dalam kegiatan Program Percepatan Penganekargaman Konsumsi Pangan (P2KP) pepaya perlu diprioritaskan agar bisa digalakkan penanamannya baik di setiap pekarangan mau pun di kebun sekolah. Apabila dalam gerakan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), papaya adalah komoditi yang diunggulkan di setiap pekarangan maka selain sebagai konsumsi buah keluarga, juga memiliki peluang ekonomi jika lembaga koperasi desa digiatkan untuk pemasarannya. Gerakan ini memerlukan ketersediaan benih dan bibit pepaya baik. Oleh karena itu kordinasi bisa dilakukan antara IPB, Ditjen Hortilkultura (sayuran-buah-florikultura-tanaman obat) dan P2KP – Badan Ketahan Pangan, Kementrian Pertanian.

Aktualita, Pertanian Sehat

Penggilingan Padi Komunitas Desa Sukaraharja untuk Kurangi Konsumsi Raskin

Cianjur – Kunjungan salah satu Dewan Pembina Dompet Dhuafa, Eri Sudewo (45), Jumat (19/4/2013) ke Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Al-Ikhwan disambut hangat petani. Cianjur – Kunjungan salah satu Dewan Pembina Dompet Dhuafa, Eri Sudewo (45), Jumat (19/4/2013) ke Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Al-Ikhwan disambut hangat petani. Sedikitnya hadir 30 petani mewakili Gapoktan yang berada di Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Kunjungan tersebut dalam rangka peninjauan pembangunan penggilingan padi komunitas. Hari itu petani sedang melakukan ujicoba pengoperasian mesin. Saat ditanya Eri Sudewo latar belakang berdirinya penggilingan padi komunitas, petani menjawab bahwa ini merupakan bagian dari cita-cita petani untuk mengurangi konsumsi beras Raskin. “Dengan adanya penggilingan ini, harapannya dapat menyediakan beras berkualitas dengan harga terjangkau bagi masyarakat. Selama ini masyarakat banyak yang mengkonsumsi Raskin. Konsumsi Raskin di Desa Sukaraharja mencapai 17 ton per bulan,” imbuh Aa Idam selaku pengurus Gapoktan. Gapoktan Al-Ikhwan yang beranggotakan 209 petani merupakan binaan jejaring Dompet Dhuafa, PT Pertanian Sehat Indonesia (PSI), sejak tahun 2009 melalui Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S). Para pengurus Gapoktan menegaskan bahwa keberadaan program ini harus dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. “Kami berharap penggilingan padi ini bisa bermanfaat bukan hanya bagi anggota Gapoktan melainkan juga bagi masyarakat di luar anggota”, tambah Aa Idam. Eri Sudewo pun, dalam bincang-bincangnya dengan petani, memberikan motivasi agar keberadaan penggilingan padi komunitas ini bisa bertahan dan berkembang. “Kunci keberlanjutan penggilingan padi ini terletak pada pengelolanya. Jika para pengelolanya jujur, amanah, dan komitmen membantu masyarakat maka keberadaan penggilingan ini akan berkelanjutan,” ujar Eri Sudewo. (DIFA)

Aktualita, Budidaya Pepaya, Pertanian Sehat, Teknologi

Gizi Buah Pepaya (Carica papaya L.)

Oleh Drh. Rizal Damanik, MRepSc., PhD, DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA IPB. Buah Pepaya (Carica papaya L.) memiliki bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning. Oleh Drh. Rizal Damanik, MRepSc., PhD, DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT, FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA IPB. Buah Pepaya (Carica papaya L.) memiliki bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning. Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina dan memanjang (oval) bila dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih disukai dalam budidaya karena dapat menghasilkan buah lebih banyak dan buahnya lebih besar. Daging buah berasal dari karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Bagian tengah buah berongga. Biji-biji berwarna hitam atau kehitaman dan terbungkus semacam lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan. Dalam budidaya, biji-biji untuk ditanam kembali diambil dari bagian tengah buah. Aspek Gizi Pepaya 1. Kandungan Gizi: • Konsentrasi tinggi karotenoid (provitamin A), vitamin C, dan E pada pepaya, misalnya, berperan sebagai antioksidan dalam tubuh. Senyawa ini mampu menyingkirkan radikal bebas penyebab kanker. • Pepaya juga mengandung banyak mineral, kalium, magnesium, dan serat. Nutrisi-nutrisi ini membuat pepaya amat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk memenuhi kebutuhan kalium di masa menyusui. • Kadar vitamin C dalam pepaya adalah 48 kali lipatnya dari buah apel. 2. Kandungan Enzim Papain • Enzim ini sangat aktif dan memiliki kemampuan mempercepat proses pencernaan protein. • Enzim papain pun berkhasiat sebagai obat perut seperti diare, sakit maag dan sembelit. • Papain berfungsi membantu pengaturan asam amino dan membantu mengeluarkan racun tubuh. • Enzim papain mampu memecah serat-serat daging, sehingga daging lebih mudah dicerna. Tidak heran bila pepaya sering dijadikan bahan pengempuk daging, terutama untuk pembuatan sate atau masakan semur. • Enzim Papain terbentuk di seluruh bagian buah, baik kulit, daging buah, maupun bijinya. Jadi sebaiknya pepaya dimanfaatkan secara seutuhnya. 3. Kadar protein dalam buah pepaya memang tidak terlalu tinggi, hanya 4-6 gram per kilogram berat buah. Tapi jumlah yang sedikit ini hampir seluruhnya dapat dicerna dan diserap tubuh. Hal ini disebabkan enzim papain dalam buah pepaya yang mampu mencerna zat sebanyak 35 kali lebih besar dari ukurannya sendiri. Selain itu buah pepaya juga rendah gula, sehingga baik untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes.

Aktualita, Budidaya Pepaya, Pertanian Sehat, Teknologi

Hama dan Penyakit Penting pada Tanaman Pepaya (Bagian 2)

Oleh Dr. Ir. YAYI MUNARA KUSUMAH MSc. Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB Penyakit Penting pada Tanaman Pepaya  1. Busuk Akar dan Pangkal Batang (Phytophthora palmivora dan Pythium sp.)Oleh Dr. Ir. YAYI MUNARA KUSUMAH MSc. DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN, FAKULTAS PERTANIAN, IPB PENYAKIT PADA TANAMAN PEPAYA 1. Busuk Akar dan Pangkal Batang (Phytophthora palmivora dan Pythium sp.) Gejala awal dari penyakit ini terlihat dari daun-daun bawah yang layu, menguning dan menggantung di sekitar batang sebelum gugur, sehingga tanaman hanya mempunyai sedikit daun-daun kecil di pucuknya. Jika digali akan terlihat bahwa akar-akar lateral membusuk menjadi massa berwarna coklat tua, luak dan berbau tidak sedap. Pembusukan dapat menyebar ke akar tuynggang dan dapat menyebabkan tanaman tumbang. Penyakit ini juga dapat muncul pada buah yang masih hijau. Buah membusuk tetapi tetap keras. Pada umumnya pembusukan mulai dari dekat pangkal tangkai. Buah diselimuti oleh miselium berwarna putih seperti beludru. Akhirnya buah mengeriput dan berwarna hitam. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan memperbaiki drainase kebun, sanitasi kebun dari sisa tanaman sakit, rotasi tanaman dan aplikasi fungisida dengan bahan aktif tembaga atau mankozeb jika kejadian penyakit cukup tinggi. 2. Penyakit bakteri Erwinia papaya Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Erwinia papaya ini menyebabkan gejala pada tanaman muda yaitu menguning dan membusuknya daun. Setelah beberapa lama, bagian tanaman sebelah atas mati, yang pada umumnya diikuti oleh matinya seluruh tanaman. Gejala yang khas terdapat pada tangkai daun dan batang yang masih hijau. Pada bagian ini terdapat bercak-bercak kebasahan yang dapat meluas. Pada umumnya, pada tangkai daun penyakit lebih cepat meluas daripada helaian daun. Jika penyakit telah mencapai batang, batang akan membusuk dan semua daunnya gugur, hingga tanaman menjadi gundul. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan memotong dan membakar bagian tanaman yang terinfeksi debelum penyakit ini menyebar di lapangan. Pemeliharaan tanaman dengan sebaik-baiknya dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit ini. 3. Bercak Cincin (Virus bercak cincin papaya) Gejala penyakit ini berupa daun belang, perubahan bentuk daun, bahkan menyebabkan daun menjadi sempit.. Pada buah terdapat cincin-cincin dan bercak-bercak. Pada tangkai dan batang terdapat garis-garis hijau tua. Tangkai daun menjadi pendek. Pertumbuhan tanaman terhambat dan menghasilkan sedikit buah. Penyakit ini disebabkan oleh virus bercak cincin papaya (papaya ringspot Virus). Virus mudah ditularkan secara mekanis dengan menggosokkan sap tanaman sakit. Virus tidak terbawa oleh biji. Beberapa kutu daun dapat menularkan virus ini. Pengendalian penyakit in dapat dilakukan dengan mengendaliakn populasi serangga vector dengan menggunakan insektisida. Pembersihan tanaman sakit dari pertanaman dapat mencegah meluasnya penyakit ini.

Aktualita, Budidaya Pepaya, Pertanian Sehat, Teknologi

Sukses Bertanam Pepaya Unggul (Bagian 1)

Oleh Prof. DR. Ir. SOBIR MS. Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), LPPM, IPB Pengembangan varietas baru papaya oleh Pusat Kajian Buah Tropika IPB mulai dari Arum Bogor, Callina, dan Carisya,SUKSES BERTANAM PEPAYA UNGGUL. Oleh SOBIR. PUSAT KAJIAN HORTIKULTURA TROPIKA (PKHT), LPPM, IPB Pengembangan varietas baru papaya oleh Pusat Kajian Buah Tropika IPB mulai dari Arum Bogor, Callina, dan Carisya, telah mendorong agribisnis papaya membesar, sehingga pada saat ini komoditas papaya sudah ikut memenuhi pasar pasar modern sejajar dengan komoditas lain, dan buah varietas tersebut juga sudah mulai mendominasi pasar-pasar tradisional walaupun nama komersialnya adalah California untuk Varietas Callina dan Jamaica untuk Varitas Carisya. Selanjutnya berdampak pada peningkatan ekspor papaya melambung hingga nilainya meningkat mencapai 5583% (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012). Peningkatan agribisnis papaya telah mendorong banyak fihak untuk menanam papaya, baik petani papaya tradisional, tetapi sebagian besar adalah pelaku produsen papaya baru yang sebelumnya belum menanam papaya. Oleh karena itu beberapa factor belum dikuasai oleh penanam pemula, akan tetapi karena nilai ekonomi yang tinggi, yaitu sekitar 70 ton/ha selama masa produksi (3 tahun) yang setara dengan 245 juta. Untuk mengurangi kegagalan penanam pemula, pada makalah ini disajikan kunci-kunci yang perlu diperhatikan. A.Lokasi Tanam yang Sesuai Faktor utama penentu keberhasilan adalah lokasi penanaman.Pemilihan dan penentuan lokasi bertujuan untuk mendapatkan lahan tanam yang sesuai, sehingga pepaya mampu berproduksi optimal dan menghasilkan buah sesuai dengan mutu yang ditetapkan. Untuk mendapatkan informasi lokasi tanam yang ideal, Anda dapat menghubungi stasiun meteorologi terdekat untuk mendapatkan data iklim 10 tahun terakhir. Berdasarkan data dari stasiun agroklimat tersebut dapat diperoleh informasi daerah-daerah dengan karakteristik iklim cuaca tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam hal pemilihan dan penentuan lokasi penanaman pepaya sebagai berikut : 1. Pilih lokasi dengan curah hujan berkisar 1.500 – 3.800 mm/tahun dengan bulan basah dan suhu harian 21 – 32 oC. 2. Ukur ketinggian tempat dengan altimeter. Ketinggian yang sesuai untuk penanaman pepaya adalah kurang dari 600 m dpl. 3. Ukur kemasaman tanah di lima titik berbeda di lahan yang akan ditanami. Rata-ratakan pH dari lima titik pengukuran. Hasilnya sebaiknya berada pada kisaran 4,5 – 7. 4. Pilih lahan dengan tanah yang bertekstur pasir, tanah aluvial, atau batu kerikil yang mengandung cukup bahan organik atau humus. 5. Tersedia sumber air yang cukup (pembungaan dan pembuahan papaya sensitive terhadap kekurangan air), tetapi memiliki drainase yang baik (tanaman papaya sensitive terhadap genangan) 6. Tanaman papaya sensitive terhadap tiupan angin, sehingga penting memilih lokasi yang tidak sering terkena tiupan angina kencang, atau ditanam wind breaker. B. Waktu Tanam yang Tepat Penentuan waktu tanam dalam membangun kebun pepaya sangat penting untuk memperoleh tanaman yang berbunga lengkap. Penanaman pada bulan kering membutuhkan irigasi yang baik. Jika tidak, akan menyebabkan ekspresi seks dengan kondisi bunga betina dan jantan yang lebih tinggi. Akibatnya, kuantitas dan kualitas buah layak jual akan menurun. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menetapkan waktu penanaman yang tepat yang dapat menjamin bibit pepaya tumbuh secara optimal dengan proporsi bunga lengkap paling tinggi. Berikut ini langkah-langkah yang dapat ditempuh. 1. Menghubungi stasiun meteorologi terdekat untuk mendapatkan data iklim 10 tahun terakhir di daerah yang terpilih. 2. Lakukan penentuan rata-rata curah hujan bulanan untuk mengetahui bulan basah daerah (curah hujan bulanan >100 mm/bulan). 3. Tentukan bulan basah di daerah tersebut. 4. Pilih dan olah lahan pada akhir bulan kering. 5. Lakukan pembibitan pada awal bulan basah. C. Penyediaan Bibit Bermutu Keberhasilan agribisnis papaya sangat ditentukan oleh varietas yang ditanam, pada saat ini yang paling banyak dicari adalah varietas Callina dan Carisya yang dikembangkan oleh Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) sekarang menjadi Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM), Institut Pertanian Bogor. Selanjutnya pertumbuhan tanaman yang baik di lapangan sangat ditentukan oleh bibit yang vigor dan sehat, sehingga kebun yang dibangun akan menghasilkan keuntungan secara ekonomis. Berikut ini rangkaian kegiatan pembibitan papaya, yang terdiri dari 1. Penyiapan Media Tanam. Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1. Masukkan media ke dalam polibag berukuran 8 x 10 cm dan letakkan di dalam sungkup atau di dalam nurseri. 2. Penyiapan dan Pembuatan Sungkup. Sungkup terbuat dari rangka bambu dengan lebar bawah 1 -1,25 m dan tinggi 0,5 – 0,6 m. Bentuknya melengkung setengah lingkaran. Panjang sungkup disesuaikan dengan kebutuhan bibit. Pembibitan harus berada di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. 3. Penyemaian Benih. Rendam benih dalam air hangat kuku (sekitar 40 oC) yang dicampur dengan fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida konsentrasi 2 ml/l atau benomyl konsentrasi 0,5 g/l selama 4 – 6 jam sebelum disemai. Selanjutnya buat lubang tanam di polibag menggunakan jari tangan , kira -kira sedalam 1 – 2 cm. Semai benih ke dalam lubang tanam dengan letak calon akar atau bagian benih yang runcing berada di bawah. Sebelum penyemaian, upayakan media semai dalam keadaan basah. 4. Pemeliharaan Bibit. Jaga agar persemaian selalu dalam kondisi lembab, tetapi tidak boleh terlalu basah (becek). Untuk menjaga kesuburan bibit, semprotkan pupuk daun lengkap seperti N:P:K (15:15:15) dengan konsentrasi 3 g/l 5. Pemindahan Bibit. Pindahkan bibit ke lapangan setelah berumur 30 – 40 hari atau telah memiliki 2 – 3 pasang daun sejati dengan tinggi tanaman 10 – 15 cm. Penanaman bibit dilakukan pada pagi atau sore hari di bedengan yang sehari sebelumnya telah disiram air hingga lembab.

Scroll to Top