Pertanian Sehat Indonesia

sinabung bangkit

Aktualita, Inspirasi

Backbacker ke Sinabung: Wisata Sosial untuk Perubahan

MEDAN – Kisah ringan perjalanan ke Sinabung untuk ketiga kalinya ini sengaja saya angkat untuk memberikan inspirasi bagi siapapun yang cinta dunia travelling dan penikmat wisata sosial. Tulisan saya tentang Gung Pinto pada bulan lalu di www.pertaniansehat.com ternyata telah menginspirasi beberapa anak muda Medan untuk berkunjung ke Desa Gung Pinto. Alhamdulillah. Dua kali perjalanan sebelumnya ke Sinabung, nyaris tidak ada cerita khusus tentang akses ke lokasi karena bersama tim dan menggunakan mode transportasi pribadi, yakni mobil. Berbeda dengan perjalanan ketiga ini, konsep akses lokasinya adalah dengan model backbacker, mirip pengembara kira-kira begitulah. Alhasil, selepas turun dari pesawat langsung menuju Medan dengan kereta api yang cukup nyaman. Sampai di kota Medan, berusaha mencari angkot menuju pangkalan bus mini ke arah Berastagi, Karo. Angkot itupun didapat dengan rute dari stasiun kereta api Medan ke Padang Bulan, tempat bus mini mangkal. Harga cukup murah, 4 ribu rupiah dengan jarak lumayan jauh. Sesampainya di pangkalan bus mini Padang Bulan, saya langsung naik bus jurusan Berastagi dengan patokan turun di Tugu Kol. Perjalanan dari Medan ke Berastagi cukup jauh, kira-kira dua jam lebih namun dengan ongkos yang relatif murah yakni cukup 10 ribu. Kira-kira jam 1 siang, saya sampai di Tugu Kol Berastagi. Petani bersama pendamping program sudah menunggu di Berastagi untuk menjemput saya, namun sebelum ke lokasi program kami rehat sejenak sekalian makan siang dan dilanjut coaching materi pendampingan ke fasilitator di kedai makan Berastagi. Sesi coaching cukup lama karena banyak diskusi tentang kelembagaan Pertanian Sehat Indonesia (PSI) dan Dompet Dhuafa serta materi dasar Community Development dan dasar-dasar pendampingan. Setelah selesai pembekalan pendamping dan penandatangan kontrak kerja, perjalanan dilanjutkan dari Berastagi menuju Desa Gung Pinto dengan memakai motor bebek. Udara dingin dari pegunungan Sinabung terasa menusuk, lebih dingin dari kunjungan-kunjungan saya sebelumnya. Tidak menunggu lama, sesampainya di Gung Pinto langsung ramah tamah dan berkoordinasi dengan beberapa masyarakat. Malam harinyapun telah dipersiapkan oleh para pengurus Paguyuban Maka Mehuli untuk rapat dengan para petani anggota guna membahas teknis implementasi program pertanian. Sedikit muncul kejadian saat saya menjelaskan beberapa hal terkait teknis pelaksanaan program pertanian. Udara dingin yang menusuk di Sinabung dan di perjalanan panjang dari Medan ke Berastagi dengan angkutan umum yang jendelanya terbuka membuat kondisi badan tidak kuat. Muntah pun tidak bisa dihindari, mual dan serasa pusing. Meski demikian karena kebutuhan informasi untuk hal teknis pelaksanaan program harus disampaikan dengan kondisi berlahan-lahan. Misi sosialisasipun berhasil, petani siap bekerjasama dalam mengawal program Sinabung Bangkit Dompet Dhuafa, termasuk melakukan amal swadaya. Tiga hari selama perjalanan di Sinabung tentu bukan waktu yang lama. Namun karena perjalanan ini bukan sekedar jalan-jalan biasa, maka banyak cerita yang menarik dan tentu inspiratif. Menarik selama di perjalanan dengan angkutan umum khas Karo yaang full dangdut komplo, panas dan berdesak-desakan namun tetap menarik karena kita bisa menikmati. Menarik pula dengan cerita misi perjalanannya yang bertujuan untuk memberikan peran dalam upaya perbaikan ekonomi petani di Sinabung. Semoga bermanfaat kawan! (DIM – 13/06/2014)

Aktualita, Inspirasi

Gung Pinto, Desa Unik dan Inspiratif di Tanah Karo

SINABUNG – Saat mendengar tanah karo, sudah dipastikan semua orang berpersepsi bahwa daerah ini adalah kawasan mayoritas non muslim. Tidak salah memang persepsi itu, namun ada hal lain ketika kita menemukan satu-satunya desa di tanah karo yang ternyata mayoritasnya muslim. Desa ini adalah Desa Gung Pinto, salah satu desa di kawasan Gunung Sinabung, masuk dalam Kecamatan Naman Teran, Kab. Karo, Sumatera Utara.

Aktualita

Dinamika Kelompok untuk Paguyuban Petani Bangkit Sinabung

SINABUNG – Pukul 21.00 Wib pertemua petani sinabung Desa Gung Pinto, Karo dimulai, Selasa (20/05) . Ruangan sederhana di salah satu rumah penduduk sinabung menjadi riuh ramai dengan berkumpulnya 48 petani untuk mendengarkan tim Dompet Dhuafa terkait penjelasan Program Sinabung Bangkit. Mereka sangat antusias untuk mendengar sekaligus bertanya banyak hal terkait rencana program yang sudah mereka dengar lebih dari satu bulan yang lalu.

Teknologi

Embung dan Manajemen Irigasi Pertanian di Sinabung

SINABUNG – Banyak cara untuk dapat bertahan di tengah keterbatasan sarana untuk kegiatan budidaya pertanian di lahan dengan topografi berbukit-bukit. Salah satu keterbatasan para petani di sekitar pegunungan sinabung dalam mengelola usahatani pada kawasan ini adalah terkait masalah air sebagai sumber irigasi. Maka pendekatan teknologi sederhana tepat guna menjadi pilihan logis para petani di kawasan ini untuk mengatasi persoalan di atas.

Aktualita

Sinabung Bangkit untuk Mandiri

SINABUNG – Bencana erupsi Gunung Sinabung awal tahun 2014 telah menyisakan duka mendalam. Bukan hanya korban jiwa, perekonomianpun lumpuh total. Pertanian sebagai basis sektor nyarit tidak bergerak, banyak tanaman yang tidak terselamatkan akibat luapan abu vulkanik sinabung.

Aktualita, Inspirasi

Optimisme Pemuda Tani Sinabung untuk Bekerja di Sektor Pertanian

(Catatan di kaki Gunung Sinabung, Medan) SINABUNG – Di saat banyak generasi muda bangsa ini yang enggan bergelut dalam dunia pertanian, kondisi berbeda terjadi di kawasan sekitar Gunung Sinabung, Kabupaten Karo. Areal perkebunan yang masih terbuka penuh dengan berbagai jenis tanaman, mulai dari sayuran seperti kentang, kubis, cabai dan yang lainnya hingga tanaman buah seperti buah markisa hingga terong belanda. Sungguh menakjubkan, betapa negeri ini kaya dengan berbagai sumberdaya pertanian yang jika dikelola dengan baik tentu akan memberikan dampak ekonomi yang luar biasa.

Scroll to Top