Senyawa Arsenat
Pada keadaan keracunan akut menimbulkan gastroentritis dan diarhoe yang menyebabkan kekejangan yang hebat sebelum menimbulkan kematian. Pada keadaan kronis menyebabkan pendarahan pada ginjal dan hati.
Dari berbagai fakta adanya dampak negatif pestisida kimia dan terbukanya informasi mengenai efek racun berbagai jenis pestisida tersebut, terlebih lagi adanya peningkatan kesadaran pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, masyarakat mempunyai kecenderungan untuk lebih memilih mengkonsumsi pangan yang tidak mengandung residu pestisida kimia karena residu pestisida kimia yang terkandung dalam komoditas pertanian banyak menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, baik dalam jangka panjang atau pun pendek. Residu pestisida ini bisa dijumpai dalam komoditas tanaman pangan seperti padi, jagung, atau pada komoditas hortikultura seperti buah dan sayuran segar, sehingga kita perlu kehati-hatian dalam mengkonsumsinya.
Penggunaan pestisida dikalangan petani memang masih merupakan dilema. Banyak petani yang mencoba beralih untuk bertani secara alami atau organik. Tetapi banyak diantara mereka yang menemui kegagalan sehingga banyak yang beralih kembali ke pertanian konvensional. Para petani pun banyak yang sadar akan bahayanya pestisida kimia tersebut. Pada bulan Februari 2012, saat melakukan tugas pendampingan teknis pengembangan pertanian organik pada program pemberdayaan ekonomi produktif di pemukiman transmigrasi Tanjung Kukuh, Kota Terpadu Mandiri Belitang, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan, saya menyempatkan diri bersilaturahmi dengan kenalan lama yang sudah lebih dari 2 tahun melakukan pendampingan suatu program pemberdayaan di Dusun Ketapang, Desa Karang Kemiri, Kecamatan Belitang I. Menurut penuturannya, Kecamatan Belitang I merupakan salkah satu daerah sentra penghasil padi di Sumatera Selatan. Petani di sana umumnya tidak menjual semua hasil panen padinya. Mereka menyimpan sebagian untuk kebutuhan konsumsi rumah tangganya. Hal yang menarik adalah gabah yang mereka simpan untuk konsumsi sendiri umumnya berasal dari petakan sawah yang berbeda dengan gabah yang untuk dijual. Pada petakan sawah yang padinya akan dikonsumsi untuk keluarga mereka, tidak disemprot dengan pestisida kimia. Sedang sawah yang padinya akan dijual ke pasaran mereka melakukan penyemprotan dengan pestisida kimia. Jadi, dikalangan petani pun sudah mulai tumbuh kesadaran akan konsumsi pangan yang sehat tanpa residu pestisida. Bagaimana dengan kesadaran akan keamanan konsumsi pangan di masyarakat? Belum diperoleh angka pasti berapa tingkat konsumsi pangan khususnya padi yang bebas residu pestisida. Tetapi kesadaran untuk mengkonsumsi makanan yang sehat telah mulai muncul di masyarakat tidak hanya di perkotaan di Pulau Jawa, tetapi juga telah mulai muncul pada masyarakat di daerah lainnya. Menurut penuturan salah seorang teman pernah yang melakukan kunjungan teknis ke Palu, Sulawesi Tengah, dijumpai fenomena bahwa adanya masyarakat di sana yang lebih berani membayar mahal beras dari padi singgang daripada beras dari padi yang sengaja dibudidaya. Harga beras singgang saat itu adalah Rp. 8.000 per kg, sedang harga beras biasa Rp. 7.000 per kg. Padi singgang adalah padi yang tumbuh dengan sendirinya dari bulir padi yang jatuh saat dipanen, tidak dibudidaya secara sengaja. Jadi padi pada padi ini tidak dilakukan penyemprotan dengan pestisida kimia. Dengan demikian mereka berkeyakinan beras dari padi singgang ini bebas residu pestisida kimia.
Tetapi bagaimana kita bisa yakin bahwa beras tersebut sudah bebas residu pestisida? Bertani merupakan suatu proses budidaya yang mulai dari penyiapan lahan, pemeliharaan, panen sampai pasca panen. Penggunaan pestisida kimia bisa terjadi pada saat proses produksi di lahan atau selama pasca panen. Untuk memastikan bahwa komoditas yang kita hasilkan sudah bebas residu pestisida haruslah melalui uji analisis residu pestisida. Uji analisa residu ini biasanya dilakukan oleh lembaga/institusi resmi yang telah ditunjuk oleh pemerintah yang masuk sebagai Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau lembaga swasta lain yang telah mendapat ijin. Pengujian ada tidaknya residu pestisida kimia itupun tidak bisa langsung pada satu musim panen. Pestisida tertentu mempunyai waktu paruh keberadaanya dalam tanah (tabel 2).
Tabel 2. Waktu paruh beberapapestisida di dalam tanah
Insektisida |
Waktu paruh (tahun) |
Organoklorin
DDT Heptaklor Endrin Toksafen Aldrin Dieldrin Klordan BHC |
3-10 7-12 4-8 10 1-4 1-7 2-4 2 |
Organofosfat
Difonat Klorfenvinfos Karbofenotion |
0,2 0,2 0,5 |
Karbamat
Karbofuran |
0,05-1 |
Oleh karena itu pengujian baru bisa dilakukan beberapa musim setelah diterapkannya cara bertani yang tidak menggunakan pestisida kimia. Pada para petani binaan Pertanian Sehat Indonesia, pengujian keberadaan residu pestisida kimia dilakukan setelah 2 tahun tidak menggunakan pestisida (Gambar !). Pengujian pada beras biasanya berdasarkan pada golongan pestisida yang biasa digunakan untuk menyemprot padi seperti organoklor, organoklorin, dan karbamat. Standar keberadaan residu pestisida kimia pada komoditas pertanian ini mengacu pada Standar Nasional ndonesia (SNI) 7313:2008. Batas Maksimum Residu (BMR) setiap komoditas berbeda-beda. Jika setelah 2 tahun penerapan pertanian nopn pestisida kimia masih terdeteksi adanya pestisida kimia yang berbahaya, pengujian diulang pada komoditas hasil panen musim berikutnya sampai tidak terdeteksi sama sekali residu pestisida kimia tersebut. Jadi pengujian residu pestisida kimia pada komoditas pertanian ini khususnya beras sangat penting untuk dilakukan, selain untuk mengopntrol diterapkan atau tidaknya proses budidaya yang sehat tanpa penggunaan pestisida kimia juga sebagai informasi yang sangat berharga bagi konsumen bahwa beras yang mereka konsumsi benar-benar telah bebas residu pestisida kimia.
Dear all…saya lagi studi tentang pencemaran tanah oleh pestisida dan upaya mengatasinya. langkah awal tentunya perlu analisa pestisida dalam tanah itu sendiri. ada gak teman-teman yang punya info tentang bagaimana metoda analisa dari pestisida dalam tanah ? terima kasih sebelumnya,, jawaban bisa langsung ke email saya, dengan menghubungi moderator..
Setahu saya Beras SAE diuji secara rutin di Balai Uji Residu Biokimia di Bogor. Mungkin mereka bisa memberikan informasi.
Kalau boleh tahu apa yang akan dianalisa/dibahas berkaitan dengan residu bahan kimia didalam tanah? Biasanya kecil sekali karena tanah memiliki sistem terpadu termasuk kemampuan mendegradasi unsur lain dengan adanya sifat kimia, fisik dan biologi tanah.
Salam sharing.
Terima kasih…Saya baru menyusun HACCP , salah satunya adalah Analisis bahaya Raw Material Beras terkait Residu Pestisidanya…untuk mencari batasan apa aja yang harus di analisa pada Beras.?
terima kasih banyak…