JAKARTA – Pernah batal membeli buah pepaya karena terlihat kotor, rusak, busuk atau terlalu matang? Padahal mengonsumsi pepaya bagus loh untuk kesehatan. Rusaknya buah pepaya ini disebabkan banyak hal, misalnya terpapar sinar matahari secara langsung, perubahan suhu secara terus menerus hingga rusak karena kontak fisik seperti jatuh, terbentur, dan tersayat. Ternyata, penanganan pasca-panen juga turut menentukan kualitas buah yang dihasilkan petani.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada inovasi khusus yang membantu penanganan pepaya dan menjaga kualitasnya hingga ke tangan konsumen. Penyimpanan dan pengangkutan pun menjadi titik lemah dalam budi daya buah tropis itu.
Bertekad membantu penanganan pascapanen dalam produksi pepaya, mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melahirkan inovasi kotak ajaib alias “Magic Box”. Inovasi ini merupakan buah pikiran Mohammad Wahyu Sautomo dan rekan satu timnya.
Wahyu menjelaskan, Magic Box berfungsi sebagai tempat penyimpanan pada proses pematangan buatan buah pepaya. Kelebihannya, Magic Box dapat mengurangi kerusakan selama distribusi hasil pascapanen.
Menurut Wahyu, Magic Box dapat menghambat pematangan buah pepaya lebih lama. Pernyataan Wahyu ini merujuk pada hasil uji demonstrasi Magic Box di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Magic Box sendiri mengaplikasikan prinsip penghambatan respirasi yang terjadi pada buah pascapanen.
“Bentuk prototipe yang telah disempurnakan berhasil menunda kematangan dari tiga hari di luar Magic Box, menjadi rata-rata 10-13 hari dalam kondisi Magic Box. Adanya petunjuk komposisi dan penggunaan dalam Magic Box memberikan kemudahan dalam pemakaian bagi segala kalangan,” kata Wahyu, seperti dikutip dari keterangan tertulis IPB kepada Okezone, Rabu (15/1/2014).
Klaim ini pun diamini para pedagang dan pemilik kebun pepaya. Setelah melihat demonstrasi penggunaan Magic Box, mereka mengakui penyimpanan pepaya menjadi lebih lama dengan alat ini. Selain itu, hasilnya lebih baik dan berkualitas.
Selama riset dan pembuatan Magic Box, Wahyu dan timnya didampingi dosen Dr. Winarso D. Widodo. Proses pembuatan Magic Box tidaklah rumit, bahan-bahan yang diperlukan untuk membuatnya juga mudah didapat, yaitu sekam, perekat, serbuk gergaji, citosan, triplek melamin, tanah liat yang dicampur Potassium permanganate (KMNO4) dan zeolit halus.
Wahyu mengimbuhkan, berdasarkan hasil wawancara dan demonstrasi alat, dia lalu mengembangkan empat model Magic Box.
Pertama, model Prototype Magic Box dengan bentuk kotak standar. Dimensi model ini adalah boks persegi berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm. Model ini mampu menampung enam buah pepaya.
Kedua, model Magic Box ekonomis. Model berbentuk lemari penyimpan buah ini berukuran 1,2 m. Lemari tersebut dilengkapi dengan empat buah laci berukuran 20 cm x 30 cm x 30 cm dan ketebalan 1 cm. Model ini sesungguhnya sangat ekonomis karena tidak menggunakan energi listrik. Bentuknya yang cukup praktis sehingga tidak menyulitkan saat penyimpanan di rumah.
Ketiga, model Magic Box Action. Model ini berbentuk kotak dengan tutup kotak bertingkat dengan digeser ke samping.
“Model ini dikembangkan untuk para pedagang kecil yang ingin langsung menjual sekaligus menyimpan buah mereka,” tutur Wahyu.
Keempat, model Magic Box Portable. Model ini berbentuk seperti jaring-jaring boks yang bisa dibongkar pasang sesuai dengan kebutuhan. Pedagang dapat membawa dan menyimpan boks ini jika tidak digunakan. Selain itu, bongkar pasangnya juga mudah kok.
Wahyu menyatakan, untuk menghasilkan boks dalam ukuran lebih besar, maka perlu ada kerja sama dengan pabrik produksi papan partikel. Kerja sama ini juga dibutuhkan untuk mempecepat dan memperbanyak produksi Magic Box.
“Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk menyempurnakan alat dalam fungsinya mempertahankan kematangan pada berbagai buah tropika, khususnya buah klimaterik,” tutur Wahyu. (rfa)
Sumber: Okezone