CIANJUR – Lumbung Desa, sebuah istilah untuk menggambarkan tempat penyimpanan hasil pertanian di pedesaan. Istilah itu pula yang digunakan dalam “Progam Lumbung Desa” yang dilaksanakan di Desa Sukaraharja, Kecamatan Cibeber, Cianjur. Program ini dilaksanakan oleh Pertanian Sehat Indonesia (PSI) dan Dompet Dhuafa sebagai donaturnya. Tujuan program adalah untuk mewujudkan ketahanan pangan desa dan memenuhi kebutuhan pangan fakir miskin (dalam kondisi darurat) melalui aktivitas pengembangan pertanian dengan mengoptimalkan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan modal sosial di desa.
Sebagai desa dengan lahan sawah terluas di Kecamatan Cibeber, Desa Sukaraharja penduduknya ternyata masih mengonsumsi Beras Miskin (Raskin). Tercatat luas lahan sawah Desa Sukaraharja 279,7 hektar. Namun, sejumlah 12 ton Raskin selalu dikonsumsi petani setiap bulan. Sekitar 80 persen penduduk Desa Sukaraharja mengkonsumsi Raskin.
Mayoritas petani di Desa Sukaraharja adalah petani penggarap (maro). Gabah padi yang dihasilkan harus dibagi dua 50:50 dengan pemilik lahan. Gabah bagian petani penggarap selalu dijual untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Mereka menjualnya kepada tengkulak atau ke penggilingan padi setempat. Petani butuh uang tunai untuk konsumsi, bayar hutang, keperluan sekolah anak, dll. Bahkan dalam kondisi seperti itu pun pembelian oleh tengkulak banyak dengan cara utang. Sehingga tetap saja, saat petani panen gabah memang terjual, namun uang tak kunjung datang. Akhirnya, Raskin menjadi tetap menjadi pilihan.
Program Lumbung Desa berusaha menjawab persoalan tersebut. Kini dengan dibentuknya Gabungan Kelompok Tani Al-Ikhwan yang beranggotakan 200 Kepala Keluarga, petani bergerak secara bersama untuk mengubah kondisi masyarakat menjadi lebih baik.
Gapoktan Al-Ikhwan yang telah berbadan hukum koperasi telah melakukan serangkaian kegiatan usaha bersama dengan perkembangan yang cukup menggembirakan dalam membantu memenuhi kebutuhan petani. Kegiatan usaha koperasi al ikhwan diantaranya:
Pertama, pengadaan pupuk dan benih untuk petani. Selain koperasi mendapat untung, petani pun terbantu dalam memenuhi kebutuhan pupuk yang lebih murah tanpa harus mengeluarkan ongkos angkut karena jarak koperasi relatif dekat dengan petani. Sebelumnya petani harus mengeluarkan ongkos sekitar Rp10rb untuk angkut 50 kg pupuk.
Kedua, Pembelian gabah petani oleh koperasi untuk kemudian diolah jadi beras sehat. Keuntungannya, pembelian gabah petani dalam bentuk cash sehingga petani bisa dapat uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebelumnya, pembelian gabah oleh tengkulak dengan cara utang. Saat ini kapasitas koperasi dalam membeli mencapai 90 ton per musim.
Ketiga, penjualan beras sehat dengan kapasitas penjualan mencapai 13 ton per bulan. Aktivitas usaha ini selain mendatangkan untuk koperasi juga mengurangi pengangguran dengan menyerap tenaga kerja. Puluhan ibu-ibu dan pemuda telah dipekerjakan dalam usaha ini.
Keempat, usaha jasa penggilingan beras. Setiap bulan penggilingan padi bisa menghasilkan 13 ton beras dengan jasa penggilingan Rp300 per kg.
Kelima, penggemukan domba. Selain untuk menambah penghasilan petani, kotoran domba juga bisa digunakan untuk mendukung sitem pertanian ramah lungkungan (integrated farming).
Selain usaha-usaha di atas, ke depan akan ada pengembangan unit usaha yaitu unit usaha kios yang menjual kebutuhan petani seperti jual saprotan, atk, beras dan dedak. Juga akan membentuk unit usaha produksi pestisida nabati dan kompos yang hasilnya dibeli dan digunakan oleh petani untuk budidaya padu sehat.
Keuntungan kegiatan usaha koperasi al ikhwan pada umumnya terdistribusi secara langsung misalnya dengan pembelian cash dan harga lebih murah.
Akan tetapi, semua unit usaha tetap menghasilkan keuntungan secara finansial. Semua laba usaha-usaha tersebut di atas akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 50% untuk anggota, 30% untuk pengelola koperasi, dan 20% untuk sosial (subsidi pangan dan pendidikan).
Dalam kaitannya dengan ketahanan pangan masyarakat, koperasi telah menjalankan mekanisme sebagai berikut:
Pertama, menjual beras terjangkau. Beras sehat dengan kualitas baik namun harga terjangkau, sehingga masyarakat tidak lagi jatuh pada satu pilihan: Raskin.
Kedua, koperasi menyediakan penyimpanan gabah. Di saat panen, gabah melimpah harga rendah. Dalam kondisi tersebut petani dapat menyimpan gabahnya di koperasi dan bisa diambil saat paceklik (sulit cari gabah). Petani bisa mengambilnya dalam bentuk beras untuk dikonsumsi juga bisa dalam bentuk uang sesuai harga gabah saat itu.
Ketiga, santunan beras kepada fakir miskin yang pendanaannya diambil dari 20% keuntungan usaha koperasi. Pada tahun 2013 telah dilakukan pembagian beras cuma cuma untuk 30 fakir miskin.
Selain untuk menjaga ketahanan pangan, pengelolaan usaha dalam konsep Lumbung Desa ini juga telah berkontribusi dalam mensubsidi biaya pendidikan masyarakat desa. Dari 20% dari keuntungan koperasi, sebagiannya digunakan untuk biaya pendidikan. Saat ini telah didirikan sekolah gratis Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) oleh Koperasi Al-Ikhwan. Saat in telah ada 160 siswa dari kalangan masyarakat sekitar koperasi. Dan 26 anak diantaranya telah diwisuda. Ijazah DTA dibutuhkan sebagai pra syarat untuk melanjutkan ke SLTP. Hal ini sudah menjadi kebijakan Pemda Cianjur. (dipa)