Banyaknya persoalan yang dihadapi masyarakat pada saat ini membuat munculnya kecenderungan apatis, egois, dan pesimis dalam diri masyarakat. Tak ada lagi yang dapat diusahakan selain mencoba menyalahkan keadaan sekitar yang tak pernah berpihak pada nasibnya. Konflik demi konflik bermunculan disebabkan masyarakat tak pernah sadar akan potensi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Modal sosial dan sosio-kultural yang ada dalam kehidupan mereka tertutupi dengan ketidakmampuan mereka memenuhi kebutuhannya hari ini, terbatas hanya pada hari ini. Persoalaannya adalah masyarakat dewasa ini tidaklah menyadari bahwa tiap pribadi memiliki potensi yang dapat dikembangkan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang mendukung dan pribadi yang menginginkan kemajuan membuat sebuah harapan menjadi suatu hal yang dapat memberikan pencerahan bagi komunitas. Dukungan lingkungan pertanian yang berpotensial untuk dikembangkan menjadikan komunitas Jampang-Poncol memiliki perbedaan dengan masyarakat kebanyakan. Sewajarnya sebuah petani, komunitas di Jampang-Poncol pun memiliki asa untuk dapat mengembangkan pertanian jamurnya melalui gapoktan An-Nur.
Gapoktan An-nur yang kini baru berjalan kurang lebih 10 bulan telah mampu menghimpun mitra program dan warga sekitar untuk bersama-sama belajar menggali potensi Jampang-Poncol. Melimpahnya lahan-lahan yang digunakan untuk tanaman singkong, pisang, dan kayu-kayu non produktif sejatinya dapat dimanfaatkan untuk usaha budidaya jamur tiram. Walaupun pada fase ini program jamur tiram belum menghasilkan keuntungan yang begitu signifikan, namun apabila dilihat dari prospek usaha ini maka gapoktan An-nur pun percaya bahwa usaha budidaya jamur tiram memiliki tujuan dan manfaat yang menjanjikan, baik secara finansial maupun keterampilan.
Adanya sebuah rencana untuk penambahan kumbung dan mitra program memberikan sebuah jawaban atas pertanyaan banyak warga Jampang yang lain untuk bisa ikut mengambil manfaat dari program klaster mandiri Pertanian Sehat Indonesia-Dompet Dhuafa. Sedikit demi sedikit terlihat bahwa pemberdayaan masyarakat melalui usaha budidaya di bidang pertanian menjadi sebuah kebutuhan masyarakat untuk menapak kehidupan yang lebih baik. Di awal, pemberdayaan yang dianggap sebagai kegiatan sia-sia namun kini hal tersebut terbantahkan.
Sebut saja salah satu warga Jampang, yaitu Ustad. Hasbullah atau pun Sandi yang kini telah menjalani program budidaya jamur tiram telah memiliki keterampilan baru seperti membuat baglog jamur ataupun administrasi penjualan jamur. Hal tersebut membuktikan bahwa tak ada kata sia-sia apabila dalam tiap pribadi yakin dan terus berusaha untuk mewujudkannya. Dengan modal tersebut maka sebuah pemberdayaan benar adanya menjadi sebuah jalan untuk menapaki kemandirian dan kesejahteraan yang merupakan kebutuhan tiap individu dan komunitas. (Uphe)