Setiap tanggal 16 Oktober sejak tahun 1981, seluruh negara anggota FAO (Food and Agriculture Organization) termasuk Indonesia memperingati HPS (Hari Pangan Sedunia) secara Nasional.
Peringatan World Food Day ditetapkan melalui Resolusi PBB No.1/1979 yang merupakan tindak lanjut dari kesepakatan FAO Conference tahun 1979 di Roma, Italia yang dihadiri oleh 147 negara anggota FAO.
Di Indonesia, pelaksanaan HPS secara nasional dimaksudkan sebagai wahana meningkatkan pemahaman, kepedulian serta menggalang kerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam meningkatkan sinergi menangani masalah pangan. Isu dampak perubahan iklim yang saat ini menjadi pembicaraan dan perhatian dunia internasional membuktikan bahwa iklim sangat berpengaruh besar terhadap keberlanjutan kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk selalu diiringi oleh meningkatnya kebutuhan hidup, sementara ketersediaan lahan dan air tidak berkembang, sehingga menyebabkan tekanan terhadap kedua sumberdaya ini semakin berat.
Tema hari pangan sedunia, tanggal 16 Oktober 2012 adalah “Agricultural Cooperatives – Key to Feeding The World“. Tema ini dipilih untuk menunjukkan peran kerjasama berbagai pihak dalam memperbaiki ketahanan pangan dan kontribusinya dalam usaha menghapuskan kelaparan dari muka bumi. Sedangkan di Indonesia mengangkat tema Agroindustri Berbasis Kemitraan Petani menuju Kemandirian Pangan. Sebuah tema yang menganggat harkat petani dalam peningkatan peran. Artinya bahwa petani sudah tidak boleh lagi hanya dijadikan obyek dalam pembangunan nasional.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pendirian FAO dan peringatan Hari Pangan Sedunia adalah untuk mencapai kondisi Ketahanan Pangan diseluruh permukaan bumi, yang berarti ketersediaan/kecukupan dan keterjangkauan pangan (dengan nutrisi yang baik) oleh semua lapisan masyarakat. Untuk itu ada tiga hal penting yang harus diperhatikan baik oleh pemerintah maupun masyarakat suatu negara, yaitu; Ketersediaan, Distribusi dan Pola Konsumsi.
Hari Pangan Dunia 2012 merupakan momentum untuk meningkatkan peran bidang pertanian di di Indonesia. Saat ini boleh dibilang bahwa stabilitas harga-harga komoditas pangan nasional cenderung stabil. Pergerakan harga hanya terjadi di beberapa hari besar nasional. Bulog yang memiliki peran pokok dalam penyiapan bahan baku pangan juga mengaku siap mengelola lebih baik. Tentunya bukan sekedar beras namun bahan pangan lain yang bersifat strategis.
Selanjutnya, peran serta berbagai pihak termasuk masyarakat dan pemerintah harus semakin kreativitas dalam upaya penganganan program ketahanan pangan. Meningkatnya partisipasi masyarakat yang ditunjukan dengan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan ketersediaan pangan secara nasional perlu terus ditingkatkan. Ketergantungan dengan pihak lain terutama negara eksportir komoditas pangan tentunya juga harus dihilangkan. Negara lain juga memiliki tanggungjawab yang sama dengan Indonesia dalam menjaga stabilitas pangan.
Kewaspadaan akan ketergantungan pada impor pangan yang dialami oleh sebagian besar negara-negara berkembang seperti Indonesia telah menjadi pokok persoalan pangan yang perlu dihadapi. Perubahan iklim yang cukup ekstrem yang memberi dampak pada produk pertanian.
Hal lainnya, seperti sisi terbatasnya daya dukung lahan, pertumbuhan penduduk yang tinggi, meningkatnya pola konsumsi masyarakat harus diantisipasi sejak awal. Mengingat sejenak pidato Seokarno, bahwa mati-hidup bangsa Indonesia bagaimana mengelola pangannya agar berdaulat, mandiri, dan ketahanan pangannya. Indonesia mampu, tidak perlu dengar kata-kata organisasi asing.
Membangun ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama dan merupakan kebutuhan mutlak dengan memusatkan daya dan upaya secara terarah untuk mencapai ketahanan pangan sebagai tujuan bersama. Semoga semua pihak memiliki komitmen membangun pertanian Indonesia dan mampu menjaga kedaulatan pangan hingga berswasembada. Membantu negara lain sehingga tidak terdapat lagi manusia yang tidak memperoleh akses pangan. [JO]