Pertanian Sehat Indonesia

Buah Naga di Vietnam, Sebuah Pembelajaran

Ir. Hendra Hartono, MM. Alumni Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Angkatan 22), Fakultas Pertanian, IPB. Business Development Garuda Food.

Sebagaimana di Indonesia vietnam merupakan produsen buah-buahan yang tersohor di dunia. Posisi geografisnya yang tropical dan sub-tropical menyebabkan keragaman buah-buahannya melebihi tetangga asia lainnya. Kita dengan mudah akan menemui buah-buah khas tropis seperti mangga, rambutan, nangka, durian namun kita juga akan menemui dengan mudah buah-buahan sub-tropis seperti plum, leci, persimon dan longan.

Keragaman tersebut terletak diwilayah yang melintang dari utara keselatan seluas 1 juta hektar berupa sentra- sentra produksi buah-buahan yang cukup merata antara Vietnam utara dan selatan. Dari luasan tersebut buah naga (dragon fruit) meliputi 10,000 Ha dan terkonsentrasi di wilayah Vietnam selatan diantaranya Long An, Tien Giang dan Binh Thuan.

Produktivitas panen terbilang cukup baik, yaitu rata-rata 30 ton/ha dengan perolehan pendapatan 50-70 juta VND/ha (setara dengan Rp. 25-35 juta). Perolehan ini tidak didapatkan seluruhnya dari pemilik lahan luas dengan penanaman intensif . Sebagaimana di Indonesia, petani dengan kepemilikan lahan 0.5 – 1 ha meliputi 50% dari total lahan. Untuk itu pemerintah vietnam sedang menggalakan upaya peningkatan produkstivitas melalui penanaman intensif. Dengan kondisi demikianpun, vietnam tercatat sebagai eksportir buah naga terkemuka khususnya ke Asia. Dengan komposisi diatas tak heran jika pemerintah vietnam melakukan upaya progressif untuk membenahi segala aspek mulai dari penanaman hingga promosi ekspor. Diantara upaya tersebut diantaranya :

  • Perbaikan teknis pasca panen dan mengadopsi teknologi baru meningkatkan shelf life. Penggunaan larutan chlorine dalam pencucian buah untuk menghindari bakteri dan jamur serta micro organisme lain. Penggunaan modify athmosphere bag (MAB) yang dapat memperpanjang shelf life hingga 42 hari. Penyimpanan dengan suhu 5 derajat dengan kelembaban 90-95% dapat memperpanjang shelf life 42 hari.
  • Perbaikan supply chain

Jumlah petani dengan luasan kecil yang meliputi 50% berhimpun dalam koperasi petani yang dapat menjual produknya secara langsung ke rantai berikutnya seperti supermarket , pedagang pengumbul dan juga perusahaan exporter. Upaya ini telah memangkas rantai tradisional sbelumnya sehingga lebih efisien.

  • Mengenalkan beberpa varietas baru diantaranya merah, kuning dan yang lain dengan teknologi budidaya.
  • Meningkatkan kualitas dan keamanan pangan dengan menerapkan Good Agricultute Practices (GAP)
  • Meningkatkan standard kualitas dengan mengacu standar regulasi internasional dan kebutuhan pasar.
  • Melakukan upaya promotion yang massive dengan mengikuti berbagai trade event, misi perdagangan maupun tourisme.

Mulai menggunakan branding secara international Publikasi secara massive baik media cetak maupun non cetak. Apa yang dilakukan vietnam seyogyanya merupakan pembelajaran bagi Indonesia, upaya yang serius dimulai dari tingkat petani hingga korporasi besar yang berorientasi pada high quality standard akan membuahkan hasil bagi produktivitas buah naga di Indonesia. Pada akhirnya kita berharap dapat menjadi pemain besar di Asia. Sumber: Workshop IKA Faperta IPB

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.