Setelah menggunakan pupuk organik, pertumbuhan tanaman bawang merah saya menjadi lebih bagus bila dibandingkan dengan tanaman bawang merah petani lain yang hanya menggunakan pupuk kimia, ujar Lik Wa’an. “Sejak menggunakan pupuk organik pengolahan lahan bekas padi ke bawang merah menjadi lebih cepat dan mudah karena tanah tidak menggumpal dan tidak terlalu keras,” lanjutnya.
Pada musim kemarau, air sangat terbatas sehingga harus dimanfaatkan seefisien mungkin. Lik Waan menuturkan, “Tanah sawah saya sekarang kalau disiram airnya langsung meresap ke bawah dan tidak ada lagi air yang mengalir di permukaannya, selain itu pada saat perataan bedeng menjadi lebih mudah dan cepat karena tanahnya lebih gembur dan tidak menggumpal-gumpal, jadi tidak perlu menggunakan tenaga yang lebih besar untuk meratakannya.”
Itu menggambarkan bahwa tanahnya menjadi lebih remah dan gembur setelah menggunakan pupuk organik sehingga pertumbuhan akar tanaman bawang merah menjadi lebih optimal dan diharapkan pertumbuhan umbinya juga menjadi lebih optimal.
Itulah sekilas pendapat seorang petani bawang merah di Brebes Utara yang sudah merasakan secara langsung manfaat dari penggunaan pupuk organik. Sejak Pertanian Sehat Indonesia (PSI) melakukan pembinaan kepada petani melalui Program Pemberdayaan Pertanian Sehat (P3S) petani bawang merah seperti Lik Wa’an jadi mengetahui manfaat pupuk organik bagi tanah dan tanamannya. Bahkan saat ini Lik Wa’an dan anggota kelompok tani lainnya sudah mandiri membuat pupuk organik. Sebelumnya mereka enggan memakai pupuk organik karena tidak praktis dan belum tahu kegunaannya.
Pentingkah Pupuk Organik?
Pupuk organik merupakan hasil dari pelapukan atau pengomposan bahan-bahan organik sehingga secara fisik dan kimia bentuknya telah mengalami perubahan dari bentuk awalnya. Sebenarnya di alam juga terjadi proses pelapukan bahan-bahan organik secara alami tetapi berjalan sangat lambat.
Penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan telah mengakibatkan tanah menjadi semakin miskin dan kurus apalagi tanpa ada pengembalian bahan organik ke lahan. Dengan kondisi yang demikian bukan hasil panen yang meningkat tetapi malah penurunan hasil panen karena tanah semakin miskin dan tidak lagi mampu menyediakan makanan bagi tanaman.
Meskipun sudah diberi pupuk kimia yang cukup tetap tidak mampu memberikan hasil panen yang memuaskan karena unsur hara yang berasal dari pupuk kimia tidak dapat diserap oleh akar tanaman karena terikat oleh mineral-mineral tertentu yang ada di tanah. Pemberian pupuk organik dapat mengatasi kendala tersebut sehingga ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar tanaman semakin meningkat.
Secara singkat fungsi utama pupuk organik adalah sebagai penyedia hara bagi tanaman, meningkatkan populasi mikroorganisme berguna di tanah, memperkuat daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit dan memperbaiki struktur tanah(menjadi lebih gembur dan mampu mengikat air lebih banyak). Karena dapat memperkuat struktur tanah maka penggunaan pupuk organik sangat penting terutama pada daerah dengan kemiringan tanah sehingga dapat mengurangi erosi dan dapat mengurangi aliran air permukaan akibat hujan karena meningkatnya infiltrasi air hujan.
Dengan manfaat yang banyak dan pembuatannya yang mudah dan murah, tentunya pupuk organik merupakan potensi yang layak dikembangkan sebagai pengganti pupuk kimia; yang selain dapat mencemari lingkungan, harga yang semakin mahal dan ketersediaannya yang semakin menurun. Kondisi inilah yang sering menyulitkan petani terutama petani-petani miskin. Merekalah yang sering mengalami kesulitan ketika pupuk langka dan harganya mahal.
Karena itu setiap klaster mitra PSI diberikan pembinaan mengenai pemanfaatan dan pembuatan bahan organik sebagai pupuk tanaman. Di setiap cluster petani telah membuat secara mandiri maupun berkelompok. Bahkan di tingkat Gapotan memiliki tempat produksi standar untuk memenuhi kebutuhan petani anggota dan petani lain yang tertarik memanfaatkannya.
Bagaimana mereka membuatnya?
Pupuk organik dapat dibuat dengan beberapa cara. Mulai yang sederhana sampai yang cukup rumit. Cara yang sederhana misalnya hanya dengan membiarkan limbah pertanian (sisa jerami, rerumputan, serasah daun) dan limbah peternakan (sisa hijauan, kotoran cair dan padat) pada suatu tempat sampai melapuk. Cara lain dengan menumpuk jerami padi, kotoran ternak, dedak, kapur pertanian dan serbuk dekomposer secara berselang-seling.
Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam cetakan berukuran yang dibuat dari pagar bambu yang dapat dibongkar pasang. Setiap bahan dipadatkan dengan cara diinjak-injak. Setiap lapisan dilembabkan dengan air secukupnya.
Kemudian cetakan dilepas dan tumpukan ditutup rapat dengan menggunakan plastik warna hitam. Perlakuan ini untuk memperoleh suhu 70°C dan tidak ada udara yang masuk ke dalam tumpukan karena mikroba pelapuknya aktif dalam kondisi tersebut (sistem anaerob). Setiap 10 hari plastik dibuka dan tumpukan dibalik dengan memindahkan bagian teratas menjadi lapisan.
Setelah 30 hari kompos dapat digunakan. Kompos sistem aerob dibuat tanpa harus menggunakan cetakan dan tutup plastik hitam seperti sistem anaerob. Prosesnya bisa lebih cepat yaitu 7-10 hari. Meskipun tidak perlu ditutup dengan plastik, proses pembuatannya harus dilakukan di bawah naungan agar tidak terkena hujan dan matahari secara langsung.
Bahan yang diperlukan adalah kotoran ternak (sapi, domba, kerbau), jerami, arang sekam, dedak, kapur pertanian, molase (tetes tebu), dekomposer (mikroba pelapuk) dan air. Kotoran dihamparkan dengan ketebalan kurang lebih 20-25 cm kemudian bahan-bahan lain dicampurkan secara berselang-seling. Selanjutnya diaduk agar tercampur merata, kemudian ditutup dengan karung goni sehingga tercapai suhu 45°C. Setiap 3 hari diukur suhunya, apabila kurang dari 45°C tumpukan ditinggikan, apabila lebih dilakukan pengadukan. Harus diperhatikan suhu tumpukan tidak boleh lebih dari 50°C karena akan menon-aktifkan mikroba pelapuknya.
Tanda kompos yang sudah jadi apabila tidak berbau dan sudah berubah warnanya. Mau mencoba? Hayu atuh!(kus)