Serangan busuk leher malai atau blas leher (neck blast) disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea/Pyricularia oryzae. Penyebaran spora terjadi selain oleh angin juga oleh biji dan jerami. Cendawan Pyricularia sp mampu bertahan dalam sisa jerami sakit dan gabah sakit. Dalam keadaan kering dan suhu kamar, spora masih bertahan hidup sampai satu tahun, sedangkan miselia mampu bertahan sampai lebih dari 3 tahun (Santoso dan Nasution A, 2009)
Pencegahan serangan busuk leher malai dengan menggunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah. Penggunaan pupuk N di atas dosis anjuran harus dihindarkan. Serta pola tanam padi dengan varietas yang berbeda (apabila memungkinkan).
Sanitasi lingkungan harus intensif, karena inang alternatif patogen khususnya kelompok rerumputan sangat potensial sebagai inokulum awal. Usahakan tanam padi serentak dan hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung). Selain pemakaian jerami sebagai kompos.
Untuk pengendalian dapat dilakukan pencabutan dan pembakaran untuk tanaman yang sudah terjangkit cukup parah dan sekiranya tidak dapat diselamatkan. Penyemprotan fungisida kimia dengan bahan aktif edifenphos, tetrachlorophthalide, kasugamycin, pyroquilon, benomyl, isoprotionale, dan thiophanate methyl. Aplikasi penyemprotan untuk menekan serangan penyakit blas leher adalah 2 kali, yaitu pada saat anakan maksimum dan awal berbunga (headling 5%). Penggunaan fungisida sesuai dengan dosis anjuran.
Selain pencegahan dan pengendalian yang telah direkomendasikan. Petani juga perlu terus diedukasi dalam upaya pengendalaian hama dan penyakit yang ramah lingkungan. Maka perlu memberikan penyuluhan tentang pengendalian hama dan penyakit secara terpadu dan dilakukan secara kontinyu. Pelatihan dan praktek di lapang yang dipandu oleh orang-orang yang paham dan mengerti. Serta membentuk gugus tugas pengawas hama penyakit endemik. [ARIF]