Jakarta (ANTARA) – Menteri Pertanian Suswono menyatakan, Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan peringatan Organisasi Pangan dan Pertanian Internasional (FAO) akan terjadinya krisis pangan yang melanda dunia.
Di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional Pemantapan Pencapaian Surplus 10 juta ton beras, swasembada jagung berkelanjutan dan swasembada kedelai tahun 2014 di Jakarta, Rabu, Mentan mengatakan, peringatan yang disampaikan FAO tersebut bersifat global.
“Untuk kondisi Indonesia secara spesifik, sebetulnya masih tidak terlalu khawatir karena potensi di Indonesia masih memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan pangan dari dalam negeri, khususnya beras,” katanya. Kalaupun perlu dukungan karbohidrat lain, tambahnya, masih ada sumber lain yang bisa menopang.
Sebelumnya, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Pangan dan Pertanian (FAO) memperkirakan kenaikan indeks harga pangan global pada Juli 2011 memberi peringatan bahwa krisis pangan seperti pada 2007-2008 kembali mengancam.
Ekonom senior FAO Abdolreza Abbassian mengatakan, kekhawatiran itu didasari beberapa indikator kondisi yang ada saat ini, yakni gabungan antara kenaikan harga minyak, naiknya konsumsi biofuel, cuaca buruk, kebijakan pengetatan ekspor pangan, serta naiknya harga gandum, yang bisa mengakibatkan harga pangan naik tinggi.
“Ada potensi yang akan membawa kita kembali ke situasi pada 2007-2008,” ujar Abbassian.
Ketua FAO Jose Graziano da Silva dalam sebuah wawancara dengan harian di Prancis menyatakan, ancaman krisis pangan akibat harga yang tinggi dan berfluktuasi akan berlangsung dalam 10 tahun ke depan.
Untuk mengantisipasi hal itu, setiap negara harus memastikan stok pangan nasionalnya aman.
Menurut Suswono, Indonesia belum masuk dalam kategori krisis atau mengkhawatirkan, meskipun demikian peringatan yang disampaikan FAO tersebut tetap merupakan hal yang penting.
Peringatan FAO tersebut, tambahnya, bisa menjadi antisipasi bagi Indonesia untuk menghadapi kemungkinan yang terburuk bahwa terjadi kekeringan panjang.
“Menurut saya (peringatan FAO) justru positif untuk Indonesia, apalagi dengan laporan BMKG iklim masih kondusif rasanya belum terlalu khawatir,” katanya.
Sementara itu menyinggung target surplus 10 juta ton beras pada 2014, Mentan menyatakan, pihaknya optimistis hal itu akan tercapai melihat potensi lahan yang masih besar serta program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) berjalan baik dan mampu meningkatkan produktivitas pertanaman 1-2 dua ton per hektar.
“Meskpun demikian hal itu harus didukung penurunan tingkat konsumsi beras nasional. Selain itu diperlukan anggaran yang memadai serta dukungan pengawalan yang baik,” katanya.(ar)
Sumber: ANTARA