Pertanian Sehat Indonesia

Harga Gabah Turun, Harga Beras kok Tetap Naik

MEDIA INDONESIA – Panen yang biasanya berawal Maret diperkirakan BPS mundur ke April. BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat meski harga jual beras di level konsumen terus bergerak naik selama Maret 2014, harga gabah di level petani justru menurun.

Hal tersebut disampaikan Kepala BPS Suryamin ketika menggelar konferensi pers mengenai perkembangan indeks harga konsumen (IHK) di Jakarta, kemarin. Menurutnya, harga beras naik tipis 1,54% secara nasional. Itu menjadikan beras sebagai penyumbang inflasi terbesar pada Maret.

Adapun inflasi bulanan Maret berada di level 0,08%. Laju tahunan jika dibandingkan dengan Maret 2013 ialah 7,32%.

“Musim penghujan Februari-Maret ini masih berlanjut, membuat proses pengeringan padi butuh lebih lama. Pasokan beras di pasar jadi berkurang sehingga terjadi kenaikan harga di 50 kota,“ terang Suryamin.

Kenaikan harga beras tertinggi, imbuhnya, terjadi di Cirebon, Jakarta, dan Depok, dengan masing-masing naik sekitar 5%.

BPS tidak memberikan data terbaru harga beras nasional. Namun, menurut data Kementerian Perdagangan, pada Jumat (28/3) lalu, harga rata-rata beras nasional ialah Rp8.859 per kg, sedangkan di Jakarta harganya Rp9.340 per kg.

Sepanjang Maret, BPS juga mencatat gabah kering panen (GKP) yang diterima petani nilainya turun 6,52% menjadi Rp4.134,76 per kg. Harga gabah kering giling (GKG) turun 0,03% ke Rp4.790,71 per kg.

Di tempat penggilingan pun harga GKP dan GKG sudah turun 6,47% dan 0,5% menjadi Rp4.210,52 per kg dan Rp4.875,92 per kg.

Harga tertinggi yang diterima petani pada awal panen ini hanyalah Rp6.000 per kg untuk varietas unus di Banjar, Kalimantan Selatan.

“Pada level petani, harga sudah turun, tapi di level konsumen, masih meningkat.
Ada beberapa kemungkinan, termasuk infrastruktur yang terganggu banjir sehingga distribusi tidak lancar,“ ungkap Suryamin. Tergerus Melemahnya harga di tingkat petani berbanding terbalik dengan inflasi. Hal itu membuat nilai tukar petani (NTP) tanaman pangan dan hortikultura turun. Artinya, daya beli petani tergerus di awal musim panen ini. NTP tanaman pangan mencapai 99,33 turun 0,43%, sedangkan NTP hortikultura turun tipis 0,01% menjadi 101,55.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir menyayangkan nasib petani yang tidak pernah dapat me nikmati imbas manis kenaikan harga beras di tingkat konsumen. “Kondisi selalu begitu, harga petani selalu lebih rendah.“

Menurutnya, harga beras di tingkat konsumen menanjak karena biaya yang harus dikeluarkan pengumpul relatif besar. Hal itu lantaran pengumpul harus melakukan kegiatan pengeringan ataupun pengarungan beras sebelum didistribusikan. Ketidaklayakan infrastruktur juga membuat biaya logistik meningkat.

Dalam menyoroti catatan BPS yang me ngatakan panen padi bergeser dari Maret ke April, Winarno mengamini hal itu. Alasannya, beberapa wilayah yang terkena banjir mengalami kemunduran masa panen. Namun, kondisi itu dinilai tidak mengkhawatirkan.

“Kalau tidak terserang hama, panen yang tidak serentak akan bagus, bisa menurunkan. Justru panen serentak membuat harga jatuh.“ (Wib/E-2)

GAYATRI SUROYO ([email protected])

Sumber: Media Indonesia

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.