MEDIA INDONESIA – BERAS impor yang mengandung zat berbahaya, klorin, diduga tidak hanya berasal dari Vietnam, tetapi juga dari negara lain. Banyak Beras Impor Diduga Berklorin
BERAS impor yang mengandung zat berbahaya, klorin, diduga tidak hanya berasal dari Vietnam, tetapi juga dari negara lain. Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir mengungkapkan hal itu, kemarin. “Kalau saya punya keyakinan banyak, cuma harus dibuktikan dengan uji laboratorium,“ tegas Winarno.
Menurutnya, Indonesia meng impor beras dari India, Vietnam, Kamboja, dan Jepang. Klorin digunakan untuk memutihkan beras sehingga masyarat memilih jenis tersebut.
Penggunaan klorin untuk beras sebelumnya dilakukan produsen lokal. Akan tetapi, setelah ada Undang-Undang Pangan, produsen domestik menghentikan kegiatan tersebut. “Karena tidak aman bagi pangan,“ ungkap Winarno.
Ia mengatakan pemerintah belum pernah melakukan uji laboratorium untuk menguji beras impor. “Tidak pernah ada pengujian, pemerintah lengah,“ tegasnya.
Temuan beras asal Vietnam yang mengandung klorin terungkap setelah pengujian di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Subang, Jabar, 1826 Februari 2014. Pengujian dilakukan setelah ada temuan impor beras Vietnam ilegal ke Indonesia.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan bahwa dalam besaran tertentu klorin masih diperbolehkan.
“Saya sudah bilang klorin itu ada batasnya. Klorin memang dilarang, tetapi ada batasannya. Selama masih dalam batasan tertentu, itu oke,” ujar Lutfi beberapa waktu lalu.
Temuan klorin dalam beras impor Vietnam itu, menurut Lutfi, akan ditindaklanjuti.
Apabila kadar klorin melebihi ambang batas, ia tegas akan memberi sanksi. Namun, sejauh ini, belum ada standardisasi maksimum kandungan klorin pada beras.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Ari Fachrial Syam, kemarin, mengatakan klorin adalah zat pemutih yang juga bersifat antiseptik, tetapi sama sekali tidak boleh tertelan manusia.
“Sifat klorin ini untuk membersihkan. Saya tidak tahu tu juan beras diberi klorin.
Apa kah untuk pemutih atau mengawetkan, tetapi klorin ti dak diperbolehkan ada di makanan. Beras tidak dikonsumsi mentah, perlu diketahui apakah pencucian dan pemasakan menghilangkan klorin,” ujarnya. (Bow/Fat/X-6)
Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir mengungkapkan hal itu, kemarin. “Kalau saya punya keyakinan banyak, cuma harus dibuktikan dengan uji laboratorium,“ tegas Winarno.
Menurutnya, Indonesia meng impor beras dari India, Vietnam, Kamboja, dan Jepang. Klorin digunakan untuk memutihkan beras sehingga masyarat memilih jenis tersebut.
Penggunaan klorin untuk beras sebelumnya dilakukan produsen lokal. Akan tetapi, setelah ada Undang-Undang Pangan, produsen domestik menghentikan kegiatan tersebut. “Karena tidak aman bagi pangan,“ ungkap Winarno.
Ia mengatakan pemerintah belum pernah melakukan uji laboratorium untuk menguji beras impor. “Tidak pernah ada pengujian, pemerintah lengah,“ tegasnya.
Temuan beras asal Vietnam yang mengandung klorin terungkap setelah pengujian di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi di Subang, Jabar, 1826 Februari 2014. Pengujian dilakukan setelah ada temuan impor beras Vietnam ilegal ke Indonesia.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan bahwa dalam besaran tertentu klorin masih diperbolehkan.
“Saya sudah bilang klorin itu ada batasnya. Klorin memang dilarang, tetapi ada batasannya. Selama masih dalam batasan tertentu, itu oke,” ujar Lutfi beberapa waktu lalu.
Temuan klorin dalam beras impor Vietnam itu, menurut Lutfi, akan ditindaklanjuti.
Apabila kadar klorin melebihi ambang batas, ia tegas akan memberi sanksi. Namun, sejauh ini, belum ada standardisasi maksimum kandungan klorin pada beras.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Ari Fachrial Syam, kemarin, mengatakan klorin adalah zat pemutih yang juga bersifat antiseptik, tetapi sama sekali tidak boleh tertelan manusia.
“Sifat klorin ini untuk membersihkan. Saya tidak tahu tu juan beras diberi klorin. Apakah untuk pemutih atau mengawetkan, tetapi klorin ti dak diperbolehkan ada di makanan. Beras tidak dikonsumsi mentah, perlu diketahui apakah pencucian dan pemasakan menghilangkan klorin,” ujarnya. (Bow/Fat/X-6)
Sumber: Media Indonesia