Pertanian Sehat Indonesia

teknologi pertanian

Aktualita, Teknologi

Peranan Internet di Bidang Pertanian

Dalam era globalisasi yang semakin menguat, penguasaan terhadap Teknologi Komunikasi dan Informasi merupakan keharusan yang tak lagi bisa ditawar. Teknologi diyakini sebagai alat pengubah. Dalam era globalisasi yang semakin menguat, penguasaan terhadap Teknologi Komunikasi dan Informasi merupakan keharusan yang tak lagi bisa ditawar. Teknologi diyakini sebagai alat pengubah. Sejarah membuktikan evolusi teknologi selalu terjadi sebagai tujuan atas hasil upaya keras para jenius yang pada gilirannya temuan teknologi tersebut diaplikasikan untuk memperoleh kemudahan dalam aktivitas kehidupan dan selanjutnya memperoleh manfaat dari padanya. Teknologi Informasi Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Teknologi informasi mempunyai tiga peranan pokok: 1. Instrumen dalam mengoptimalkan proses pembangunan, yaitu dengan memberikan dukungan terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyarakat. 2. Produk dan jasa teknologi informasi merupakan komoditas yang mampu memberikan peningkatan pendapatan baik bagi perorangan, dunia usaha dan bahkan negara dalam bentuk devisa hasil eksport jasa dan produk industry telematika. 3. Teknologi informasi bisa menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa, melalui pengembangan sistem informasi yang menghubungkan semua institusi dan area seluruh wilayah nusantara. Kesadaran pentingnya Teknologi Komunikasi dan Informasi yang biasanya disebut ICT (Information and Communication Technologi), bukan hanya monopoli kalangan pengusaha besar saja tetapi juga bertumbuh di kalangan pengusaha kecil dan kekuatan-kekuatan masyarakat lain, seperti Koperasi, Kelompok Tani, dan Masyarakat biasa. ICT diyakini berperan penting dalam pengembangan bisnis, kelembagaan organisasi, dan juga mampu mendorong percepatan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Teknologi juga memegang peranan penting dalam pengembangan pertanian. Teknologi dimafaatkan dalam tiga cabang utama pertanian yaitu penanaman, peternakan, dan perikanan.Salah satu contoh Teknologi Informasi Komunikasi yaitu internet. Internet menyajikan dunia secara tanpa batas. Lewat sarana inilah diharapkan dapat digunakan untuk mencari segala informasi yang dibutuhkan dan dapat pula digunakan oleh masyarakat desa untuk meningkatkan kesejahteraan perekonomian melalui korespondensi dengan orang lain atau perusahaan di berbagai penjuru dunia baik Informasi terkini maupun informasi terlama bisa didapat dan dikirimkan dengan cepat. Selama ini masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa disebabkan kurangnya informasi yang baru dan tepat. Informasi dari internet berfungsi sebagai langkah awal untuk menyelesaikan masalah yang kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan yang lain. Internet memberi informasi kepada para petani dalam pemeliharaan tanaman dan hewan, pemberian pupuk, irigasi, ramalan cuaca dan harga pasaran. Manfaat internet menguntungkan para petani dalam hal kegiatan advokasi dan kooperasi. Internet juga bermanfaat untuk mengkoordinasikan penanaman agar selalu ada persediaan di pasar, lebih teratur dan harga jual normal. Jika para petani memerlukan informasi khusus yang tidak dapat segera dilayani para petugas penyuluhan pertanian, maka mereka bisa mendapatkan informasi tersebut dari internet. Pengenalan internet bisa dimulai dari para pemuka masyarakatnya. Para pemimpin tersebut perlu diyakinkan akan efektivitas internet dalam membidik sasaran-sasaran pembangunan yang ditetapkan. Dengan demikian manfaat internet dapat cepat disebarluaskan kepada masyarakat banyak melalui para pemuka masyarakat tersebut. Struktur masyarakat perdesaan tersusun dalam kelompok-kelompok, baik itu kelompok usaha, kesenian, ataupun kelompok social lainnya, yang masing-masing mempunyai pemimpinnya. Para pemuka masyarakat dapat diberdayakan untuk menunjukkan manfaat internet bagi setiap kelompoknya. Pemberdayaan tersebut dapat dilakukan melalui kampanye lokal, pelatihan-pelatihan dan proyek percontohan. Dengan lancarnya arus informasi, keterlambatan dan miskomunikasi mengenai penanaman, pemupukan, penyemprotan, pemanenan, pengeringan, dan penjualan hampir tidak terjadi lagi. Koperasi dapat mengetahui kebutuhan mingguan para petani secara akurat dan menjadwalkannya dengan baik, musim panen dapat dirotasi, harga lebih stabil, sementara koperasi dapat menjadi pengumpul dan pemasar hasil produksi langsung kepada konsumen akhir. Peran tengkulak dan pengijon secara bertahap dieliminasi.Harapannya TIK ini dapat digunakan oleh sebanyak mungkin petani Indonesia atau bahkan para petani di dunia agar produktivitas padi mereka meningkat, dan dijadikan sebagai alat pengembangan pertanian, demikian pula untuk kesejahteraan hidupnya. Keberadaan konsumen selalu penting bagi produsen, untuk memahami konsumen dan bagaimana cara terbaik untuk pasar mereka dengan kemajuan teknologi yang signifikan selama dua dekade, kini pemasar dihadapkan dengan lebih banyak alternatif dan memahami bagaimana menyusun kebijakan promosi, namun apa yang diharapkan ternyata lebih sulit. Industri pertanian (sektor yang penting di seluruh dunia) memiliki pengecualian. Di Amerika Serikat ada sekitar 2,1 juta peternakan dengan nilai produksi melebihi $217 miliar dan biaya produksi melebihi $190 miliar. Pertanian memiliki peran yang lebih menonjol. Meskipun sering disebut sebagai petani, maka produsen pertanian adalah penjual dan sekaligus pembeli, dan penting untuk setiap bisnis yaitu tentang target pasar yang besar untuk memahami bagaimana keputusan pembelian yang dibuat dan apa yang diharapkan dari adanya komunikasi pemasaran. Pertanian merupakan salah satu budaya industri tertua dan selalu berhadapan dengan banyak perubahan. Perhatian utama bagi produsen pertanian selama sepuluh tahun terakhir di Amerika Serikat telah mengalami penurunan besar terkait harga komoditas karena pengaruh global dan adanya Reformasi Undang-Undang Federal (FAIR), yang pada tahun 1996. FAIR dimaksudkan sebagai kontrol produksi dengan membatasi jenis dan jumlah produk yang dihasilkan. Idenya adalah jika produksi pertanian melimpah akan menurunkan harga, dan pelanggan akan membeli, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan permintaan. Dalam kenyataannya, produk pertanian seperti makanan seringkali terjadi penurunan harga, namun tetap tidak merangsang permintaan. Sementara itu untuk produk pertanian plummeted, biaya operasional terus meningkat. Keadaan ini membawa efek kombinasi, bahkan jumlah produsen pertanian di Amerika Serikat menurun dari 6,8 juta (1935) menjadi 2,1 juta (2004). Industri pertanian sebagai produsen telah dipaksa untuk menyerap lebih banyak tagihan yang belum dibayarkan dengan profitabilitas memburuk. Penurunan profit margin dan meningkatnya jumlah kegagalan ternak dan menyebabkan pesimisme. Kini strategi efisiensi lebih menjanjikan yaitu peningkatan manfaat teknologi, seiring dengan lebih canggihnya traktor dan peralatan, adopsi teknologi peramalan cuaca, global positioning system (GPS), citra satelit dan bioteknologi. Yang menarik dalam kajian ini adalah penggunaan internet dan peranan dalam pemasaran pada industri pertanian. Peranan internet sebagai sumber informasi praktis yang formal dan informal. Informasi dapat diakses setiap saat setiap hari. Sejumlah situs pertanian, seperti DirectAg.com menyediakan prakiraan cuaca, harga tanaman, jasa keuangan dan industri, serta berita umum lainnya. Internet juga berfungsi sebagai sumber informasi informal, membawa produser yang memiliki memiliki minat sama meskipun terpisah secara geografis. Melalui ruang chatting dan email, produsen pertanian dapat membicarakan produktivitas kontrol hama atau masalah lainnya dengan para ahli di lapangan. Internet memungkinkan untuk interaksi sosial di antara produsen yang relatif terpencil dari satu sama lain. Sementara internet sebagai sumber informasi umum, situs web yang lebih bersifat

Aktualita, Klaster Mandiri

Pelatihan Teknologi Ramah Lingkungan pada Budidaya Padi dan Jagung

BANTAENG – Pertanian Sehat Indonesia (PSI) pada Program Klaster Mandiri Dompet Dhuafa basis pertanian kabupaten Bantaeng mengadakan pelatihan pada 19 – 20 November 2012. Sebagai upaya peningkatan kapasitas teknologi pertanian, Pertanian Sehat Indonesia (PSI) pada Program Klaster Mandiri Dompet Dhuafa basis pertanian kabupaten Bantaeng telah mengadakan pelatihan yang dilaksanakan pada tanggal 19 – 20 November 2012. Pelatihan ini diikuti oleh pengurus koperasi dan keder utusan dari kelompok tani. Pada hari pertama peserta mendapatkan pelatihan teknologi ramah lingkungan yang disampaikan oleh bapak Deni Ejar, SP. Dalam pemaparannya Beliau menjelaskan bahwa perhatian utama teknologi pertanian sehat ada dua yaitu keseimbangan ekologis dan peningkatan pendapatan secara ekonomis; keseimbangan ekologis hanya dapat terwujud dengan menerapkan teknologi pertanian sehat yang ramah lingkungan, dan dengan penerapan teknologi tersebut juga diharapkan adanya peningkatan pendapatan secara ekonomis yaitu dengan mengurangi biaya input dan peningkatan produktifitas. Pada hari kedua peserta diarahkan ke lokasi budidaya untuk melakukan deteksi dini serangan hama dan penyakit. Para peserta antusias mengikuti kegiatan ini karena mereka dapat melihat langsung kejadian dilapangan yang bukan hanya sekedar teori. Pada sesi terakhir, yaitu pelatihan penangkaran benih jagung hibrida. Materi ini dibawakan oleh Bapak Dr. Muchtar A. Nawir. Dalam pemaparannya beliau menjelaskan teknik produksi benih jagung hibrida yang dilakukan melalui perkawinan silang induk jantan NEI-9008 dengan induk Jantan MR-14, hasil persilangan ini menghasilkan benih jagung hibrida (F1) varietas Bima-3 dengan merek dagang “Bantaeng HB-21”. Benih ini menurut beliau memiliki keunggulan yaitu potensi hasil 10 ton / ha, tahan kering, Tahan penyakit bulai, Umur panen 115 hari dan yang lebih penting lagi jagung ini walau pun sudah masak tapi daunnya masih tetap hijau yang cocok untuk pakan ternak. Menutup pemaparannya beliau berpesan kepada peserta untuk membaca surah al-Kahfi ayat 39 disetiap memasuki kebun yang berbunyi MASYA ALLAH LAKUWWATA ILLA BILLAH. [ZUL]

Aktualita

Inovasi Teknologi Pertanian untuk Produk Global

Perubahan budaya atau aspek sosial ternyata merubah cara pandang. Jaman dahulu kala, manusia mencukupi kebutuhan pangan dengan cara berburu. Perubahan budaya atau aspek sosial ternyata merubah cara pandang. Jaman dahulu kala, manusia mencukupi kebutuhan pangan dengan cara berburu. Setelah lewat era itu, kebutuhan pangan diusahakan dengan bercocok tanam. Saat ini perkembangan itu sudah demikian dasyat. Teknologi pangan sudah demikian maju. Dari sekian bahan pangan yang dimakan oleh manusia ternyata masih banyak berasal dari muka bumi artinya belum tergantikan oleh produk digital. Dari mulai tanaman di tanam, dirawat, dipanen, dikemas, didistribusikan hingga di meja makan membutuhkan inovasi. Namun demikian pada era industrialisasi global sekitar abad ke-18, peningkatan bahan pangan yang digenjot habis-habisan ini menyisakan masalah baru. Penggunaan teknologi saat itu masih menyisakan kesedihan kepada perubahan sosial, ekonomi dan ekologi saat ini. Penerapan teknologi pertanian konvensional yang membahana menyebabkan ketergantungan petani menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia. Pelaksanaan budidaya yang kurang memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup. Bahkan hitung-hitungan yang rasional terhadap pembelajaan sarana produksi pertanian tidak dihitung sebagai rugi laba. Beberapa fakta yang bisa ditemui saat ini berkaitan dengan gagalnya pertanian konvensional antara lain ; 1. Penurunan tingkat kesuburan tanah 2. Hilangnya bahan organik dalam tanah 3. Erosi dan sedimentasi tanah 4. Pencemaran tanah dan air akibat penggunaan bahan kimia yang berlebihan 5. Residu pestisida dan bahan berbahaya lainnya 6. Memudarnya konsep gotong royong masyarakat 7. Berkurangnya luas lahan karena beralih fungsi jadi tempat industri, dll Hingga kemudian para pakar mengemukakan gagasan mengenai pertanian berkelanjutan. Urusan pangan bukan hanya untuk saat ini tetapi juga untuk masa depan. Bukan hanya untuk kita tetapi juga untuk anak cucu kita. Food and Agriculture Organization (FAO, 1989) mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai manajemen dan konservasi basis sumberdaya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan guna menjamin tercapainya dan terpuaskannya kebutuhan manusia generasi saat ini maupun mendatang. Pembangunan pertanian berkelanjutan menkonservasi lahan, air, sumberdaya genetik tanaman maupun hewan, tidak merusak lingkungan, tepat guna secara teknis, layak secara ekonomis, dan diterima secara sosial. Pertanian berkelanjutan ini tidak lepas dari pemanfaatan teknologi. Tiga pilar pertanian berkelanjutan antara lain; dimensi Sosial, dimensi Ekonomi dan dimensi Ekologi. Selain dimensi tersebut penting untuk mengaplikasikan teknologi yang berkaitan langsung dengan bidang pertanian maupun bidang lain. Teknologi ini harus mampu memacu peningkatan nilai tambah (value added), daya saing (competitiveness), dan keuntungan (profit/benefit) produk pertanian. Organ teknologi yang diperlukan adalah cara budidaya dan bertani secara berkelanjutan dilakukan dengan baik, penanganan hasil panen yang baik, pengolahan/pasca panen dan membangun sistem distribusi yang baik. Indikasi atau ukuran keberhasilan pelaksanaan teknologi tersebut adalah standar terhadap produk pertaniannya. Produk pertanian yang baik memenuhi kriteria kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Teknologi yang mampu mendaur ulang proses pemanfaatan (zero waste) dan pemanfaatan sumberdaya lokal serta diversifikasi merupakan salah satu bagian dari strategi penguatan teknologi. Indonesia merupakan negara besar dan memiliki potensi untuk melaksanakan hal ini. Sumberdaya cukup melimpah dan didukung oleh iklim yang kondusif. Peran serta pengambil kebijakan lebih fokus dalam pembangunan bidang pertanian berkelanjutan akan mengenjot gairah perkembangan pertanian berkelanjutan. Pada masanya, produk petani Indonesia mampu menjadi daya saing global.[jo]

Aktualita, Teknologi

Teknologi Beyonic Tingkatkan Produksi Pertanian

Jakarta (ANTARA News) – Selama ini, upaya peningkatan kapasitas produksi pertanian masih mengandalkan pupuk sintesis dan pestisida kimia sebagai komponen utama. Jakarta (ANTARA News) – Selama ini, upaya peningkatan kapasitas produksi pertanian masih mengandalkan pupuk sintesis dan pestisida kimia sebagai komponen utama. Penggunaan pupuk tersebut bukan tanpa masalah. Tengok saja, penggunaannya yang berlebihan berpotensi merusak ekosistem dan kualitas tanah. Imbasnya adalah kemerosotan kapasitas produksi pertanian yang berdampak luas bagi ketahanan pangan nasional. Penelitian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperlihatkan bahwa penggunaan senyawa kimia (terutama pestisida) secara berlebihan mengakibatkan kepunahan beberapa serangga penyerbuk tanaman sehingga produksi tidak optimal. Sebagai solusi permasalahan tersebut, LIPI mengembangkan teknologi beyonic, yaitu teknologi berbasis mikroba lokal pada pupuk organik. Teknologi beyonic adalah salah satu jalan keluar untuk mengatasi penurunan kualitas lahan akibat penggunaan pupuk sintesis dan pestisida kimia. Teknologi tersebut meminimalisasi pemakaian senyawa kimia sintesis sehingga kualitas lahan tetap terjaga. Mikroba lokal Prof. Dr. Endang Sukara, Wakil Kepala LIPI menjelaskan, teknologi beyonic ialah suatu teknologi yang dikembangkan berbasis dan bertumpu pada karakter mikroba (lokal) koleksi LIPI. Mikroba lokal tersebut diramu dalam bentuk konsorsium sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Mikroba lokal, disebut mikroba indigenous merupakan mikroba yang sudah hidup ratusan tahun dalam ekosistem Indonesia, yang beradaptasi baik dengan ekosistemnya. Lebih lanjut, Beyonic merupakan teknologi berbasis pemanfaatan mikroorganisme guna meningkatkan produksi pertanian, memulihkan ekosistem akibat eksploitasi alam (pertambangan), menurunkan toksitas limbah beracun dan meningkatkan kesehatan tanaman. Beyonic yang merupakan singkatan dari beyond bio-organic, adalah teknologi yang menjadikan pupuk organik sebagai pupuk penyubur tanaman sekaligus menjadi pupuk yang bisa dimanfaatkan untuk memulihkan kualitas lahan bekas penggalian tambang. Teknik yang dipakai dalam teknologi ini adalah dengan memperbanyak mikroba lokal sehingga bisa diimbuhkan pada pupuk organik. Jenisnya seperti mikroba pelarut fosfat untuk membantu kelarutan posta organik dan fosfat yang tidak mudah larut dan mikroba penambat nitrogen yaitu mikroba yang mampu menambat nitrogen bebas. Disamping itu, diberikan pula mikroba penghasil hormon pertumbuhan dan metabolit sekunder yang menghambat pertumbuhan penyakit tanaman. Ditambahkan pula mikroba pemicu produksi unsur besi serta mikroba yang mampu melakukan biotransformasi logam berat sehingga menurunkan toksisitas (racun) pada lahan. Teknologi yang digunakan untuk memperbanyak mikroba tersebut adalah fermentor dan teknologi inokulasi mikroba. Mikroba lokal adalah mikroba yang telah diketahui validitas jenisnya dan disimpan di dalam kultur koleksi. Di antaranya, adalah Azospirillium, Azotobacter, Rhizobium, Mikroriza dan mikroba tanah yang menghasilkan senyawa metabolit sekunder untuk kesehatan tanaman, seperti Bacillus. Penggunaan teknologi beyonic ini diharapkan bisa membantu petani meminimalisasi penggunaan senyawa kimia sehingga kualitas lahan terjaga yang berujung pada peningkatan kapasitas produksi. Selain Beyonic, ada beberapa pupuk produksi LIPI telah beredar di pasaran, seperti: Seri BioPoska, Kompenit@ (produksi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor), Biomat (produksi UPT Balai Litbang Biomaterial), Biorhizin, Kedelai Plus, BioVam (produksi Pusat Penelitian Bioteknologi), Biosmik, Azofor, katalek dan StarTmik (produksi Pusat Penelitian Biologi). (Advertorial/Humas BKPI-LIPI) AntaraNews

Scroll to Top