Banda Aceh – Tahun ini untuk pertama kalinya Provinsi Aceh menjadi tuan rumah acara Simposium Kopi Internasional Indonesia atau Indonesia International Coffee Symposium (IICS) dengan tema “Penguatan Peran Strategis Kopi Untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Regional Asia-Pasifik Secara Berkelanjutan” selain itu kegiatan ini bertujuan pula agar dapat membuka akses pemasaran kopi Indonesia ke pasar Uni Eropa.
Acara ini diselenggarakan oleh kerjasama pemerintah Aceh, Direktorat Jenderal Perkebunan, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, dan Universitas Syiah Kuala dan dibuka secara resmi pada Rabu (19/11/2014) di Hotel Hermes Banda Aceh. Kegiatan berlangsung selama 3 hari yang diikuti kurang lebih 500 peserta dari unsur pemerintahan, akademisi, petani, eksportir, pedagang, dan lembaga-lembaga nasional dan internasional.
Dr. Teguh Wahyudi dari Direktur Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia, dalam pembukaan acara, menaruh harapan agar Aceh, yang dijuluki serambi Mekkah, mampu menjadi Teras kopi dunia di masa mendatang. Pemateri Simposium yaitu Mautico Galindo dari International Coffee Organization, Dr. Jeff Neilson dari Sydney University, Matt Ross dari Sijahtra Coffe, Harrods London, Dr. Nguyen Huu La dari NOMAFSI Vietnam, dan turut hadir duta besar Indonesia untuk Uni Eropa Arif Havas Oegroseno. Topik yang dibahas berkaitan dengan permasalahan, strategi pengembangan, prospek, dan peluang besar kopi khas Indonesia di pasar Eropa. Selain itu, isu-isu yang diangkat meliputi hasil-hasil riset dan pengembangan, yang berkaitan dengan iklim, agronomi, pemuliaan, pengendalian organisme penggangu tanaman, diversifikasi produk, pengolahan hasil dan sosial -ekonomi.
Pada malam temu bisnis di ball room Hermes Palace Hotel, juga turut hadir para pengusaha kopi lokal dan internasional, mengajak pihak-pihak yang bergelut dibidang kopi agar bisa meningkatkan kualitas kopi yang memenuhi standar ekspor agar dapat bersaing di pasar kopi eropa. Serta dapat menguatkan kelembagaan ditingkat petani agar bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kopi. Pada sesi penutupan diadakan aksi minum 1000 gelas kopi gayo tanpa gula, ini adalah bentuk kampanye kepada masyakat luas bahwa kopi yang selama ini dianggap tidak baik bagi kesehatan, namun malah sebaliknya, mengkonsumsi kopi dapat membuat tubuh menjadi sehat dan bugar.
Semoga semangat, ilmu dan ide yang tercetus dari kegiatan simposium ini dapat pula ditularkan pada petani peserta program petani kopi berdikari di Desa Jaluk Kec. Ketol Kab. Aceh Tengah yang baru diinisiasi tahun ini. Program yang dilaksanakan oleh Pertanian Sehat Indonesia – Dompet Dhuafa tersebut juga bertujuan untuk mewujudkan komunitas petani kopi rakyat yang mampu menghasilkan produk kopi unggulan desa.
Laporan Pendamping Program Petani Kopi Berdikari dari Indonesia International Coffee Symposium