Temanggung- Diskusi perkopian rakyat berlangsung hangat di rumah petani kopi Dusun Kemloko, Desa Tempuran, Kecamatan Kaloran, Temanggung, Kamis (26/09/2013). Temanggung- Diskusi perkopian rakyat berlangsung hangat di rumah petani kopi Dusun Kemloko, Desa Tempuran, Kecamatan Kaloran, Kamis (26/09/2013). Hadir dalam diskusi ini tim Pertanian Sehat Indonesia (PSI) yaitu Casdimin, Kuswolo Darmo, Lanjar Setiawan, dan Dwi Listianto.
Tema diskusi memang tidak terarah sebagaimana diskusi formal namun semua hal terkait masalah perkopian di sapu habis. Aspek budidaya, persoalan hama penyakit, hingga tata niaga kopi yang hingga saat ini masih dikuasai pihak luar petani.
Dalam hal budidaya, umumnya para petani kopi masih belum menangani usahataninya secara intensif. Asupan pupuk juga ala kadarnya, pengendalian hama penyakit masih belum tuntas dan yang lainnya sehingga produktifitasnya masih rendah. Pengolahan pasca panen juga masih konvensional sehingga kualitasnya masih belum maksimal.
Dalam tata niaga kopi umumnya petani menjual tengkulak di tetangga kecamatan, umumnya pengumpul besar yang dalam hal penetapan harga petani tidak memiliki posisi tawar. Saat ini kopi dalam bentuk ‘beras’ grade A di tengkulak dihargai Rp 19.000/kg padahal menurut petani harga standar kopi di tingkat internasional mencapai 7,2 US$ atau sekitar 70.000an/Kg, kesenjangan harga yang sangat tinggi.
Melalui program petani kopi berdikari, Dompet Dhuafa bertekad mengangkat harkat petani kopi di Kemloko, Temanggung. Inti program yang dilaksanakan oleh PSI adalah integrasi usahatani kopi dari hulu hingga hilir. Termasuk dukungan teknologi dan dukungan aspek tata niaganya yang berkeadilan.
Untuk mendukung program yang akan berjalan selama dua tahun, tim teknis teknologi telah melakukan uji kesuburan lahan. Tim lainnya adalah menyiapkan basis konsep dalam bentuk Cetak Biru Program Pengembangan Klaster Kopi Temanggung. Dengan peta jalan (road map) program yang matang ini mudah-mudahan upaya mengangkat harkat petani kopi Kemloko akan terangkat dan menhasilkan sentra kopi unggul, Insya Allah. (dim)Hadir dalam diskusi ini tim Pertanian Sehat Indonesia (PSI) yaitu Casdimin, Kuswolo Darmo, Lanjar Setiawan, dan Dwi Listianto.
Tema diskusi memang tidak terarah sebagaimana diskusi formal namun semua hal terkait masalah perkopian di sapu habis. Aspek budidaya, persoalan hama penyakit, hingga tata niaga kopi yang hingga saat ini masih dikuasai pihak luar petani.
Dalam hal budidaya, umumnya para petani kopi masih belum menangani usahataninya secara intensif. Asupan pupuk juga ala kadarnya, pengendalian hama penyakit masih belum tuntas dan yang lainnya sehingga produktifitasnya masih rendah. Pengolahan pasca panen juga masih konvensional sehingga kualitasnya masih belum maksimal.
Dalam tata niaga kopi umumnya petani menjual tengkulak di tetangga kecamatan, umumnya pengumpul besar yang dalam hal penetapan harga petani tidak memiliki posisi tawar. Saat ini kopi dalam bentuk ‘beras’ grade A di tengkulak dihargai Rp 19.000/kg padahal menurut petani harga standar kopi di tingkat internasional mencapai 7,2 US$ atau sekitar 70.000an/Kg, kesenjangan harga yang sangat tinggi.
Melalui program petani kopi berdikari, Dompet Dhuafa bertekad mengangkat harkat petani kopi di Kemloko, Temanggung. Inti program yang dilaksanakan oleh PSI adalah integrasi usahatani kopi dari hulu hingga hilir. Termasuk dukungan teknologi dan dukungan aspek tata niaganya yang berkeadilan.
Untuk mendukung program yang akan berjalan selama dua tahun, tim teknis teknologi telah melakukan uji kesuburan lahan. Tim lainnya adalah menyiapkan basis konsep dalam bentuk Cetak Biru Program Pengembangan Klaster Kopi Temanggung. Dengan peta jalan (road map) program yang matang ini mudah-mudahan upaya mengangkat harkat petani kopi Kemloko akan terangkat dan menhasilkan sentra kopi unggul, Insya Allah. (dim)