Oleh: Arulanandam Vakeesan, Tharshani Nishanthan, dan Gunasingham Mikunthan
Pupuk Hijau in Situ
Maksud in situ maksudnya adalah adalah pupuk hijau yang ditumbuhkan di lahan sebelum menanam tanaman utama dan dipotong serta dipendam saat pembungaan 50 persen sebagai bahan pupuk hijau segar.
Penggunaan sejenis orok-orok Sunn hemp (Crotalaria juncea) dikenal luas dan dipraktikkan dengan baik oleh kebanyakan petani di Jaffna. Karena cepatnya kemampuan tumbuh dan kapasitas mengikat nitrogen yang efisien, tanaman itu ditanam dan dikorbankan untuk memperbaiki kondisi hidup tanaman utama. Sunn hemp ditanam di lahan tomat, tembakau, dan bawang. Setelah pembajakan, benih Sunn hemp disebarkan
Pada tahap pembungaan 50 persen, petani memotong dan mengubur sunn hemp ke dalam tanah. Setelah diaduk, tanah dibiarkan selama satu sampai dua bulan untuk proses penguraian. Kacang hijau dan kacang hitam juga digunakan sebagai pupuk hijau in situ di lahan padi. Setelah memanen polongnya, bagian tanaman yang tersisa dipendam ke dalam tanah dan dibiarkan terurai. Selama periode terpanas dalam setahun, petani menunda bercocok tanam dan membiarkan lahan beristirahat selama satu atau dua bulan. Rerumputan seperti putri malu (Mimosa pudica), Tephrosia pumila (sejenis polong-polongan), dan tanaman-tanaman lainnya dibiarkan tumbuh sebagai tanaman penutup tanah. Pada akhir periode panas, tanah dibajak sekali lagi, tanaman-tanaman tadi menjadi pupuk hijau dalam.
Pupuk Daun Hijau
Praktik penggunaan pupuk daun hijau berbeda dengan pupuk daun in situ. Thespesia (sejenis waru laut) dan gliricidia (sejenis gamal) ditanam sebagai pagar hidup. Sedangkan nangka, intaran/nimba, dan siwalan ditanam di tanah tandus. Daun-daun dipotong dan dibawa ke lahan pertanian dalam bentuk buntalan. Untuk itu dibutuhkan biaya transportasi. Kendati demikian, “…manfaatnya tak ternilai”, kata seorang petani tradisional. Thespesia paling banyak diminati, dan dijual dengan harga 20—25 dolar AS (sekitar Rp 185—232 ribu) per angkutan (satu gerobak). Sebelum dipendam ke dalam tanah, thespesia dibiarkan layu selama dua hari. Daun-daunan itu ditumpuk di lahan dan ditutupi daun pisang. Perlakuan ini membantu sebagian proses penguraian, mengurangi perbandingan karbon terhadap nitrogen, dan membuatnya lebih mudah dibenamkan ke dalam tanah.
Waktu penerapan pupuk daun hijau tergantung pada tingkat kelembaban tanah. Petani mengukurnya dengan menggali hingga kedalaman 5 cm, dan mengambil contoh tanah. Mereka membuat gumpalan dengan menekan tanah menggunakan kedua tangan. Jika gumpalan tanah pecah seketika, berarti kelembapan tanah kurang. Jika tanah cukup lembab, petani akan mulai menambah pupuk hijau. Petani juga mempunyai metode mereka sendiri dalam mendeteksi kesuburan tanah. Mereka menyebut bahan organik sebagai “lemak tanah”, ditandai dengan sifat lengket tanah. Jika tanah tidak terlalu lengket, mereka yakin tanah itu kurang subur, dan akan memberikan pupuk hijau. Untuk menguji kesuburan, beberapa petani menekankan kakinya ke tanah. J ika mereka dapat melakukannya dengan mudah, mereka percaya kandungan bahan organiknya kaya. Jika tidak, maka tanah butuh ditambah pupuk hijau atau pupuk kandang.
(bersambung..)
Arulanandam Vakeesan
Asisten Dosen Tharshani Nishanthan
Dosen Gunasingham Mikunthan
Kepala dan Supervisor Riset Departemen Biologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Jaffna
P.O.Box 57, Thirunelvely, Jaffna, Sri Lanka.
E-mail: [email protected]; [email protected];
[email protected]
Sumber : Majalah Salam 24 Juni 2008