Tiga Pendekatan Program untuk Pengembangan Pertanian Unggul di Labessi, Soppeng, Sulawesi Selatan
Soppeng – Diskusi panjang dengan para tokoh dan petani di Desa Labessi, Kec. Mario riwawo, Kabupaten Soppeng, Selasa (13/01/2015) menyisakan banyak PR bagi para pegiat pertanian unggul seperti Pertanian Sehat Indonesia (PSI) Dompet Dhuafa untuk dapat membuat rancangan program bagi peningkatan pendapatan para petani melalui pendekatan community development. Apalagi jika parameter Upah Minimum Kabupaten (UMK) Soppeng menjadi acuan target dalam menyusun rancangan progra basis ekonomi tersebut diterapkan. Dengan kondisi eksisting pertanian di Labessi, Soppeng saat ini, mengejar pendapatan 1,5 kali UKM Soppeng yang saat ini telah ditetapkan yakni 1,8 juta/bulan yang artinya harus menjadi 2,7 juta/bulan adalah tantangan sendiri.
Secara eksisting, model pertanian yang diterapkan pada sebagian besar petani di Labessi, Soppeng masih menggunakan pendekatan pertanian yg konvensional padat input kecuali dalam hal mekanisasi pertanian sebagian telah menerapkan penggunaan alsintan seperti traktor, mesin perontok padi, dll. Penguasaan lahan para petani berkisar 0,5 sampao 1,0 Ha dengan tingkat produksi 5-6 ton/Ha. Umumnya para petani menjual hasil panennya dalam bentuk gabah kering panen (GKP) dengan harga 3.300/Kg. Maka dapat dihitung secara kasar pendapatan kotor petani dalam satu kali panen untuk luas lahan rata-rata 0,7 Ha adalah 12.705.000 permusim atau setara dengan 2,1 juta/bulan. Jika pendapatan kotor tersebut dikurangi biaya produksi seperti input pertanian, tenaga kerja dan yang lainnya tentu akan semakin kecil.
Menganalisis kondisi pertanian di Desa Labessi, Soppeng tim program Pertanian sehat Indonesia setidaknya telah merumuskan tiga langkah strategis untuk program pengembangan pertanian unggul di Soppeng sebagai rekomendasi atas kajian calon lokasi program Dompet dhuafa. Pertama perlu adanya penguatan dalam hal peningkatan produksi melalui intensifikasi pertanian seperti penggunaan input yang unggul, efisien dan yang lainnya. Diyakini dengan langkah ini akan dapat meningkatkan produksi padi dengan kisaran 10-15% dari produkai sebelumnya. Langkah kedua adalah melalui peningkatan nilai tambah produk dengan pendekatan pasca panen dan penetrasi pasar baru petani, dari menjual gabah kering panen menjadi produk beras, langkah ini akan mudah diimplementasikan dengan penguatan kelembagaan petani sehingga target kuantitatif peningkatan nilai tambah ini dapat ditetapkan dalam kisaran 5-10%. Adapun langkah lainnya dalam rangka meningkatkan pendapatan petani melalui program unggulan di Labessi, Soppeng adalah dengan mengoptimalkan fungsi lahan di musim bera dengan menanam tanaman palawija seperti kacang anah, jagung dan yang lainnya. Pemanfaatan musim bera ini belum dilakukan karena faktor kebiasaan, padahal jika dilakukan dapat meningkatkan pendapatan selama 3 bulanan waktu kosong petani.
Langkah-langkah rekomendasi untuk program pertanian unggul Dompet Dhuafa di Soppeng akan semakin efektif dilakukan jika diintegrasikan dengan pendekatan community development, karena ada faktor non teknis ekonomi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai tujuan akhir program. Semoga kajian yang dilakukan tim program Pertanian sehat Indonesia Dompet Dhuafa ini semakin memantapkan langkah strategis untuk menghasilakn kualitas program yang semakin mantap. Ujungnya, tentu peberdayaan petani yang menjadi konsen dompet dhuafa tidak hanya berakhir pada cerita kualitatif tentang dinamika pendampingan masyarakat, namun juga ada hasil nyata yang dapat diukur secara ekonomis.
Dengan tiga lagkah program pengembangan pertanian di ataa, yakni intensifikasi usahatani, penguatan nilai tambah produk dan pemanfaatan lahan musim bera dengan tanaman palawija, maka secara kauntitatif peningkatan pendapatan usahatani tersebut akan meningkat. Kisaran peningkatan pendapatan petani tersebut dapat dihitung dalam satu tahun melalui pendapatan 13 ton padi/ha/tahun dan tambahan pendapatan palawija untuk satu musim, maka target peningkatan 1,5 kali UMK dapat dicapai dengan rasional.
(Pojok Makasar, 14 Januari 2015/Cak Dim).