Teknologi Pertanian Sehat Tepat Guna pada Budidaya Kopi Arabika Gayo
ACEH – Program Petani Kopi Berdikari Aceh Tengah Pertanian Sehat Indonesia Dompet Dhuafa melaksanakan pelatihan bagi petani kopi Desa Jaluk, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah. Pelatihan dengan tema “Teknologi Pertanian Sehat Tepat Guna Budidaya Kopi Arabika Gayo dan Pengolahan Limbah Kopi” diikuti oleh sekitar 50 perwakilan dari kelompok petani dampingan dilaksanakan Senin (22/12/2014).
Kegiatan dibuka sambutan kepala Desa Jaluk, Husaini. Beliau sangat mengharapkan acara pelatihan seperti ini bisa terus berlanjut, sehingga para petani kopi di desanya dapat menambah wawasan dan memperkaya ilmu tentang budidaya kopi yang baik dan ramah lingkungan. Karena sebagian besar masyarakat Desa Jaluk menggantungkan hidup sehari-harinya dari hasil kebun kopi mereka.
Pemateri pada pelatihan yaitu Ir. Khalid B. Baramsyah dari Balai Pengkajian Teknologi pertanian (BPTP) Provinsi Aceh. Satu kehormatan baginya, karena pada tahun 1980-an beliau pernah menjadi pembina petani kopi di Desa Jaluk. Beliau bercerita, kopi Ateng Jaluk merupakan salah satu varietas unggul pada masanya.
Pentingnya Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya kopi arabika gayo, diantaranya pemilihan varietas yang unggul. Perawatan kopi meliputi pemangkasan, karena kopi arabika harus tumbuh dengan batang tunggal dan peremajaan bagi tanaman kopi yang mulai tidak produktif. Manajemen unsur hara tanah, tanah yang terus menerus dipupuk dengan pupuk kimia sintetis akan merusak komposisi hara tanah. Maka pemupukan dianjurkan ditambah dengan pemberian pupuk organik.salah satunya memanfaatkan limbah kulit kopi menjadi pupuk.
Penanaman tanaman pelindung perlu dilakukan bagi tanaman kopi. Tujuannya mengurangi kerentanan terhadap perubahan iklim. Pohon yang lazim digunakan adalah pohon lamtoro dengan populasinya disarankan ¼ dari jumlah pohon kopi. Pohon tersebut memiliki akar yang kuat dan menghujam ke dalam tanah sehingga tidak akan mengambil unsur hara dari tanaman kopi itu sendiri. Manfaat dari tanaman pelindung antara lain penurunan suhu udara, meningkatkan kelembaban udara, melindungi bunga dari teraan hujan yang berlebihan, pengelola hama penyakit, dan sumber bahan organik.
Tentang pengendalian hama penyakit. Hama yang sering menyerang tanaman kopi adalah hama penggerek buah dan penggerek batang. Keberadaannya bisa ditandai dengan daun tanaman yang mengering. Tanaman yang terserang harus dimusnahkan dan diganti dengan tanaman yang baru, akan tetapi pada saat penggantian tanaman yang baru, terlebih dahulu mensterilkan lubang bekas tanaman yang terserang hama.
Panen dan penangan pasca panen. Panen kopi sangat dianjurkan panen buah merah, karena panen buah merah akan menghasilkan biji kopi yang unggul dan memiliki cita rasa yang baik. Penanganan pasca panen dengan menjemur kopi tidak boleh di tanah tanpa menggunakan alas, karena bisa mempengaruhi cita rasa kopi. Dengan materi yang didapatkan dari pelatihan bisa bermanfaat dan dapat diterapkan sehingga mampu meningkatkan produktivitas dari tanaman kopi para petani.
Sesi praktek pembuatan pupuk kompos menggunakan limbah kulit kopi. Besar harapannya agar limbah kulit kopi itu tidak tebuang sia-sia, namun dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Pembuatan pupuk kompos menggunakan tambahan dekomposer (EM4) dan kapur pertanian (dolomit) dengan tujuan agar proses penguraian bahan kompos berlangsung lebih cepat. Limbah kulit kopi 1 ton dibutuhkan kapur pertanian sebanyak 25 kg dan 1 botol EM4 ukuran 1 liter.
“Sekali melihat, lebih baik dari seribu kali mendengar,” ujarnya. “Masa datang paguyuban ini diharapkan dapat membuat demontrasi plot berupa kebun percobaan, sehingga petani bisa belajar langsung di lapangan,” tambah Khalid. Beliau juga berharap para petani Desa Jaluk bisa mengunjungi Kebun Percobaan Kopi Gayo BPTP Aceh di Benermeriah. (Noven/Adhi).