Kepemilikan Lahan Diperluas
KEMENTERIAN Pertanian akan berupaya meningkatkan akses kepemilikan lahan oleh petani sehingga nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
“Akses kepemilikan lahan rata-rata 0,3 hektare. Idealnya seperti rekomendasi dari perguruan tinggi, kepemilikan lahan oleh petani rata-rata 2 ha,“ ungkap Menteri Pertanian Suswono di Desa Pakurejo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, kemarin.
Suswono mengatakan upaya yang akan ia lakukan untuk memperluas akses kepemilikan lahan itu, antara lain dengan menyerahkan lahan-lahan hak guna usaha (HGU) yang ditelantarkan pemiliknya agar dimanfaatkan untuk digarap petani. Upaya lainnya dengan membuka kerja sama dengan Perum Perhutani agar petani bisa menanam di lahan milik Perhutani melalui program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM).
Menurut dia, kepemilikan lahan rata-rata 0,3 hektare membuat petani di Indonesia kurang bisa meningkatkan kesejahteraan. Karena itu, perlu banyak subsidi.
Ia membandingkan di Jerman di mana kepemilikan lahan petani rata-rata 50 hektare per orang dan di Thailand ratarata tiga hektare per orang. Meskipun demikian, petani di luar negeri itu masih tetap menerima subsidi.
“Pertama di Jawa, petani bisa akses lahan perhutani dengan PHBM. Di bawah tegakan itu kan bisa ditanami. Di Jawa juga masih ada lahan HGU yang ditelantarkan. Sebenarnya pemilik HGU yang menelantarkan itu mestinya diberi sangsi karena tidak membayar pajak. Jadi, perlu bikin aturan yang negara bisa mengambil alih HGU lalu diberikan untuk diolah petani,“ katanya.
Di luar Jawa, lahan pertanian juga masih banyak yang bisa dimanfaatkan. Hanya, diakuinya, memang tidak mudah mengajak petani di Jawa untuk bertransmigrasi ke Luar Jawa.
“Bahkan warga di Merapi yang jelasjelas rawan bencana saja susah direlokasi dan diajak transmigrasi. Bahkan ada spanduknya bertuliskan living in harmony with disaster. Itu karena mereka menganggap erupsi tidak setiap tahun terjadi.”
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Temanggung, Masrik Amin, menyebutkan rata-rata kepemilikan lahan oleh petani di wilayahnya sekitar 0,35 hektare per orang. Jumlah itu ia nilai cukup bagus jika dibandingkan dengan rata-rata kepemilikan lahan secara nasional, yakni antara 0,3-0,5 hektare per orang.
“Dengan rata-rata kepemilikan lahan sekitar 0,35 hektare, petani bisa sejahtera asalkan menerapkan pola tanam intensif.“
Pupuk ditambah
Pada bagian lain, Menteri Pertanian Suswono juga berjanji akan mencukupi kekurangan pupuk di petani dengan menambah alokasi pupuk kimia bersubsidi sebanyak 1,74 juta ton tahun ini.
Suswono mengakui tahun ini volume pupuk kimia bersubsidi berkurang menjadi 7,76 juta ton. Padahal, semula pihaknya telah mengajukan volume pupuk kimia bersubsidi sesuai kebutuhan, yakni sekitar 9,5 juta ton. Kekurangannya sekitar 1,74 juta ton akan ditambahkan tahun ini.
Akan tetapi, ternyata harga pokok produksi (HPP) dari pabrik pupuk sudah mengalami kenaikan. Dengan kondisi ini, mestinya diikuti dengan kenaikan angka subsidi pupuk untuk petani. Namun hal itu tidak terjadi. Nilai subsidi pupuk masih di kisaran Rp18 triliun.
“Dana sebesar Rp18 triliun itu sebelumnya cukup untuk alokasi pupuk subsidi sekitar 9 juta ton. Setelah HPP naik, volume subsidi pupuk berkurang. Dana Rp18 triliun hanya cukup untuk volume 7,76 juta ton,“ ujarnya. (N-1)
TOSIANI ([email protected])
Sumber: Media Indonesia