Burung Hantu Pengendali Hama Tikus
Burung hantu, ternyata tidak menakutkan seperti namanya. Jenis burung ini justru menjadi burung yang sangat berguna bagi petani. Mengapa bisa begitu? Burung ini merupakan musuh alami tikus.
Tikus pada skala kecil mungkin bukan termasuk binatang yang merugikan, tapi apabila dalam jumlah ratusan, ribuan atau bahkan puluhan ribu akan menjadi binatang yang dapat merusak lahan pertanian dan merugikan petani. Berbagai upaya dilakukan petani untuk mengendalikan hama tikus ini.
Cara yang dilakukan petani Desa Kedungjati, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga cukup menarik. Dengan memanfaatkan burung hantu untuk mengendalikan populasi tikus di sawah. Serangan tikus di Kedungjati memang tidak menyebabkan petani mengalami puso, tetapi serangan tikus cukup signifikan mengurangi produktifitas tanaman mereka.
Melihat hal ini, Suparmin selaku ketua Gapoktan Subur Desa Kedungjati berinisiatif membuat sarang burung hantu yang dipasang di lokasi persawahan mereka. Dengan modal dari kantong sendiri Suparmin membuat beberapa kandang burung hantu dan bersama petani yang lain bergotong royong memasangnya di areal persawahan mereka. Saat ini rumah burung hantu sudah dipasang di 10 titik persawahan Kedungjati.
Petani tidak perlu melepaskan burung hantu ke sawah mereka, tetapi hanya menyediakan rumahnya. Di Purbalingga, burung hantu masih ada yang bebas di alam liar, hal ini yang dimanfaatkan petani dengan menyediakan rumah bagi burung hantu sehingga bisa menetap di areal persawahan mereka. Setidaknya separuh dari rumah burung hantu yang dipasang petani sudah didiami burung hantu.
Hal ini dapat dilihat dari ciri-cirinya seperti banyak kotoran burung di sekitar sarang, sering terdengar suara burung di malam hari dan lainnya. Untuk menjaga agar burung betah di rumah mereka, petani membuat peraturan agar tiang penyangga kandang dilarang diganggu terutama pada siang hari. Warga juga dilarang menembak burung hantu sehingga populasi burung hantu terjaga.
Pemasangan rumah burung hantu memang berbuah manis. Petani sudah tidak takut lagi tanaman padi mereka diserang tikus. Memang tikus di sawah tidak habis, tetapi juga tidak menyebabkan petani merugi karena padinya terselamatkan dari pengrusakan parah hama tikus. Dari sisi ini sesungguhnya kita bisa berefleksi bahwa alam yang sudah tidak seimbang akan merugikan manusia itu sendiri. Kalau burung hantu dan ular sawah tidak habis diburu manusia, pasti petani tidak perlu takut padi mereka diserang tikus.
Keseimbangan ekosistem harus dijaga, karena alam yang tidak seimbang (rusak) akan berdampak pada kehidupan manusia itu sendiri. Dalam Al-Qur’an surat Al Hijr ayat 19-20 Allah berfirman sebagai berikut :
“Dan kami hamparkan bumi, kami jadikan pada bumi tersebut gunung-gunung, dan kami tumbuhkan segala sesuatunya (di bumi) dengan menjaga keseimbangan (ekosistemnya) agar bumi ini kami jadikan sebagai sumber rezeki bagi kamu (manusia) dan bagi makhluk lain yang rezekinya bukan urusan kamu”
(Tarwin,S.TP Pendamping Program Desa Berdikari Kedungjati – Kab. Purbalingga)