Siapa yang Mau Membayar?

 Siapa yang Mau Membayar?

ZONA MADINA – Ketika pengenalan program kembali disosialisasikan, tidak bisa dipungkiri muncul harapan dari anggota mitra binaan akan terjadinya perubahan nasib,

terutama penghasilan mereka berubah dengan cepat dan harapannya perubahan  terjadi secara besar-besaran/ sangat signifikan.

Dengan harapan mitra yang tinggi terhadap program Pertanian Sehat Indonesia (PSI), tentu menjadi sebuah tantangan dan tanggung jawab tersediri buat pendamping di lapangan, tetapi mungkinkah dengan program yang ada mampu secara cepat dan drastis merubah kondisi ekonomi sosial mitra binaan?

Penulis teringat pada saat menjadi free surveyor mendampingi seorang rekan dari salah satu lembaga Dompet Dhuafa tahun 2010, pada saat itu penulis melakukan survei di desa-desa kantong kaum muslim di Karang Asem, Bali. Pada saat evaluasi yang langsung dipimpin oleh Eri Sudewo, beliau menyampaikan yang pada intinya adalah perubahan besar-besaran  hanya akan bisa dilakukan oleh level negara, dana sebesar 600.000.000 pun tidak akan cukup untuk membangun satu desa (kalau tidak persis sama mohon maaf). Pada saat itu penulis tertegun bahwa memang permasalahan yang ada tidaklah sederhana dan tidak  bisa diselesaikan secara parsial.

Setelah menjadi pendamping, pernyataan Eri di atas memang terasa betul, penulis menemukan permasalahan yang terjadi di masyarakat selain dari masalah kompetensi dsb (terkait kemampuan individu) juga terjadi secara sistemik, dan ini yang menjadi penyebab terbesar terjadinya permasalahan-permasalahan yang ada, dan yang bisa melakukan perubahan secara sistemik adalah negara.

Proses pendampingan di masyarakat bisa merubah kondisi masyarakat, tetapi membutuhkan kemauan dan waktu yang jauh lebih besar, (sesuai dengan kapasitasnya sebagai lembaga bukan negara), hal inilah yang kemudian diupayakan bisa dipahami masyarakat terkait keberadaan pendamping di lapangan. Tidak bisa instan.

Dalam Strategi Perang Tsun Zu disebutkan bahwa untuk meraih sebuah keberhasilan diperlukan yang namanya Kuan Si yang diterjemahkan dengan trust and connection. Trust terdiri dari dua hal yaitu karakter dan kompetensi, setiap individu/kelompok yang mau berubah harus memiliki karakter. Karakter yang bisa dipercaya sekaligus memiliki kompetensi yang bisa diandalkan, tidak bisa hanya memiliki salah satu bagian saja, keduanya harus seiring. Disisi lain memiliki semua komponen trust saja tidak cukup kalau seseorang tidak memiliki connection (hubungan/jaringan) yang luas yang bisa memanfaatkan seluruh trust yang dimiliki.

Didorong rasa cinta terhadap sesama saudara muslim, penulis  dengan segala keterbatasannya berupaya meningkatkan nilai Kuan Si pada mitra binaan, dengan suport program yang ada peningkatan kompetensi dalam budidaya jamur tiram, pengenalan penggunaan komputer, pengolahan pasca panen insya Allah selalu dilakukan perbaikan perbaikan, peningkatan kualitas karakter juga dilakukan disela sela pertemuan rutin, dan tidak lupa peningkatan koneksi juga sedang diupayakan dengan terus berupaya menghubungi pengusaha pengusaha di bidang yang terkait dengan usaha jamur seperti Soto Ji, Sate Kabayan dsb. Mudah mudahan bisa berhasil, tapi seberapa cepat hal ini bisa berhasil? Dan seberapa besar impact yang diperoleh mitra? Mampukah para mitra bertahan dan bersabar dalam mengikuti proses yang ada? Semuanya seperti saling berkejaran, mana dulu yang lebih cepat, kesabaran, kegigihan, kebutuhan yang mendesak, dan keinginan perubahan instan. Waktu dan kualitas individu yang bisa menjawab.

Ditengah penulis memikirkan upaya percepatan perubahan, penulis menemukan sebuah pernyataan yang sangat inspiratif dari Jamil Azzaini, dalam sebuah tulisannya beliau menyampaikan bahwa rezeki yang berupa uang bisa datang dari jalan yang tidak terduga-duga, tidak semuanya menggunakan nalar dan logika. Beliau menyarankan untuk menggunakan dua jalan sekaligus yaitu jalan profesional dan jalan spiritual.

Jalan professional terkait dengan keahlian (penulis memasukannya dalam kuan si), maka kembangkan keahlian dan mengasahnya terus menerus. Sedangkan jalan spiritual yaitu melakukan aktifitas yang diperintahkan oleh sang Maha Pemberi Rezeki, termasuk menyandarkan semua harapan dan hasil hanya pada-NYA, dan penulis melihat jalan spiritual ini sudah banyak dilupakan oleh kebanyakan orang, (termasuk penulis sendiri).

Di bulan Ramadhan ini penulis berupaya menyampaikan dua jalur perubahan ini kepada para mitra tani, mumpung masih bulan Ramadhan perbanyak memohon dan mendekat kepada Allah, bukankah dalam bulan ini doa-doa lebih banyak dikabulkan?

Mudah-mudahan Ramadhan kali ini menjadi momentum percepatan untuk berubah dengan cara yang penuh berkah, dan mudah-mudahan tulisan ini bukan hanya sekedar sebagai sesuatu pengetahuan (to know) bagi penulis dan mitra tani, tetapi sesuatu yang dilakukan (to apply) karena perubahan menuju kebaikan tidak gratis,  tetapi hanya bagi mereka yang mau membayarnya, yaitu dengan terus mengasah kemampuan diri, memperbaiki karakter, meluaskan jaringan dan yang tidak kalah penting adalah dengan memohon dan mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa Pemberi Rezeki. [MYA]

Jampang, 2 Agustus 2012, 14 Ramadhan 1433H

Pertanian Sehat Indonesia

http://pertaniansehat.com

1 Comment

  • sepakat..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.