Lumbung Desa merupakan bentuk community enterprise dimana aktivitas usaha yang dilakukan adalah untuk mencari keuntungan dengan memaksimalkan hasilnya untuk perbaikan masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu ada dua hal yang membuat Lumbung Desa dan aktivitasnya bisa berkelanjutan, yakni profit dan benefit.
Lumbung Desa (LD) tidak memilih salah satunya, profit atau benefit, tetapi memilih kedua-duanya. Bukan serakah, melainkan menawarkan konsep baru yang meramu antara profit dan benefit. Ini bisa jadi model baru dalam pengelolaan berkelanjutan.
Untuk itu LD diarahkan menjadi lembaga Community enterprise dimana profit dan benefit diramu dalam satu pengelolaan manajemen. Sebagian pihak mengatakan ini MUSTAHIL. Alasan-nya sederhana, bahwa mengumpulkan profit harus maksimal dan tidak boleh terganggu hal-hal lain yang merusak performance profesionalitas. Padahal itu hanya dalih di balik greedy. Maka sebagai Community enterprise, LD harus bisa menjawab bahwa profit dan benefit bisa dikelola beriring.
Tegasnya sebagai Community enterprise, LD punya dua wajah: 1) Di satu sisi bisa disebut perusahaan karena memang cari profit; 2) Tapi sekaligus di sisi lain LD juga disebut lembaga kemanusiaan. Sebab dalam mencari cari profit itu tidak semata-mata hanya untuk kepentingan sendiri hingga kaya raya. Kekayaan itu harus dialokasikan untuk mendorong kemakmuran bersama.